Mohon tunggu...
Abdu Rozaqi
Abdu Rozaqi Mohon Tunggu... - -

Stay Foolish, Stay Hungry

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Cita-citamu? Menjadi Kaya dan Membahagiakan Orangtua!

6 November 2017   16:02 Diperbarui: 6 November 2017   16:10 2734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Itulah yang tidak ada di remaja-remaja di Indonesia. Dimana passion dikesampingkan. Akibatnya, banyak remaja tidak tahu passion mereka. Sekedar melakukan sesuatu atau bekerja tanpa passion. Yang mereka tahu cuma uang, uang, dan uang, karena mindset mereka sudah terbentuk untuk menjadi sukses dengan uang. Dan dengan uang itu mereka ingin membahagiakan orangtua mereka. Ingat, uang bukanlah satu-satunya kebahagiaan baik untuk kita maupun untuk orangtua kita. Jadi menjadi sukses dengan uang bukanlah cita-cita.

Di budaya masyarakat barat, mereka juga totalitas. Melakukan sesuatu secara profesional dan sungguh-sungguh, hingga selesai dan tuntas. Beda dengan budaya masyarakat Indonesia. Dalam budaya kita, yang penting hasil (uang), proses dikesampingkan. Akibatnya, dalam bekerja, pelayanan menjadi buruk. Bekerja tidak totalitas karena tanpa passion. Bekerja pun malas-malasan dan sering menunda pekerjaan. Mindset seperti ini yang membuat SDM negara kita kalah jauh dibandingkan negara maju. Karena hal-hal kecil semacam ini.

Di negara barat, yang membahagiakan orangtua ya mereka sendiri. Karena disana, setiap orang melakukan yang terbaik dan totalitas, dan sekaligus membahagiakan diri mereka sendiri dengan melakukan apa yang berguna, bermanfaat, bagi dirinya dan orang lain. Dengan melakukan semua itu, jelas otomatis di masa tua orang tua sudah bahagia tanpa perlu anaknya membahagiakan mereka. 

Memang jika anak sukses itu adalah kebahagiaan bagi orangtua. Tapi apa iya kesuksesan dengan materi dipandang sebagai cita-cita dan kebahagiaan bagi orangtua? Bagaimana jika ia kaya tapi di kantor pelayanannya buruk kepada nasabah? Atau berlaku semena-semena terhadap bawahan? Atau dalam berkendara melanggar aturan lalu lintas dan tidak memiliki kelengkapan surat-surat? Atau kekayaan yang didapat dari hasil korupsi? Percuma membahagiakan orangtua dengan cara seperti itu karena diri kita sendiri akan mengalami degradasi moral (akibat proses yang buruk dalam mencapai kekayaan tadi).

Inilah yang banyak terjadi di masyarakat Indonesia, degradasi moral. Moral yang tergadaikan oleh cita-cita semu menjadi kaya dan membahagiakan orangtua, tanpa tahu passion dia apa selama didunia, dan secara tidak sadar diri pribadi tergerus moralnya dan hati nuraninya memudar demi mengejar kekayaan duniawi. Di negara Barat, kekayaan itu bukan jaminan kepuasan. Yang penting melakukan yang terbaik, dengan passion, dengan kejujuran, totalitas, memberikan pelayanan yang baik, materi atau uang secara otomatis akan mengikuti. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun