Dalam rangka untuk membuat game-game bertema militer atau ber-genre "shooter", terkadang pihak Developer game mengirimkan sejumlah orang untuk melakukan survei lapangan. Survei lapangan ini bertujuan untuk menggali informasi sebanyak mungkin mengenai detail lingkungan peta untuk pengembangan peta yang ada di dalam game. Survei lapangan untuk menggali sebanyak mungkin informasi peta yang ada dalam lokasi tertentu biasanya bertujuan untuk memberikan nuansa peta di dalam game tampak se-realistis mungkin dengan keadaan alam persis seperti yang ada di dunia nyata. Salah satu game yang terlalu serius untuk mengembangkan peta mereka dengan konsep "realisme" adalah game Arma 3- sebuah game simulasi perang-militer berkonsep Open-World yang dirilis di pada 12 September 2013.
Nampaknya pihak pengembang Arma 3 terlalu memprioritaskan konsep realisme mereka.
Sebut saja David Zapletal dan Pavel Guglava yang terkena tuduhan "spionase" lantaran mereka dituduh Pemerintah Yunani melakukan pengintaian terhadap instalasi militer Yunani di Pulau Lemnos. Tas, kamera, serta alat foto mereka diambil dan digeledah aparat setempat. Ternyata benar, dalam perangkat video dan foto itu, terdapat banyak sekali foto-foto lokasi vital militer yang seharusnya tidak boleh diabadikan oleh foto dan bahkan video. Zapletal dan Guglava lalu mengakui bahwa mereka telah melakukan penelitian lapangan dan bekerja untuk Tim Pengembang Bohemia Interactive dalam rangka pengembangan game militer-shooter Arma 3. Pihak Bohemia di dalam sebuah forum telah mengakui bahwa kedua orang itu memang benar adalah anggota tim pengembang Arma 3, namun tidak memberikan pernyataan lebih lanjut mengenai insiden "tuduhan spionase" tersebut.Â
Lemnos, adalah lokasi strategis milik Yunani dan dulunya di tempat itu telah terjadi pertempuran laut yang sengit yang dimenangkan oleh Yunani dalam melawan Turki dalam Perang Balkan Pertama tahun 1913. Atas kemenangan itulah, Lemnos diserahkan Turki kepada Yunani. Sedangkan lokasi-lokasi militer di Lemnos disepakati bahwa kedua negara boleh memilikinya namun terikat kepada suatu kesepakatan tertulis yang disepakati kedua negara yang sifat kepemilikannya terbatas bagi Turki. Saat ini Lemnos menjadi pangkalan Angkatan Laut strategis bagi Yunani dan menjadi basis AU yang penting bagi negara itu.Â
Dalam Arma 3, peta Lemnos dijadikan sebuah lokasi dimana terjadi perang antara NATO dan EAF (Eastern Armed Forces). Bukan kali ini saja Bohemia Interactive pernah melakukan survei lapangan atau bahasa militernya melakukan kegiatan mata-mata. Zapletal dan Guglava juga pernah mengunjungi Lemnos di tahun 2010. Saat itu mereka beralasan bahwa mereka sedang menikmati liburan. Demi mengejar realisme game, pihak pengembang rela melakukan survei lapangan atau istilah militernya "spionase", bahkan di tempat-tempat yang seharusnya tidak diperbolehkan mengambil gambar, seperti instalasi militer, instalasi nuklir, Istana Kepresidenan, dan tempat-tempat vital lainnya.
Bagi militer, kegiatan seperti itu disebut spionase (tindakan mata-mata) dan dapat membahayakan keamanan nasional suatu negara karena dari hasil foto dan rekaman video itu dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan instalasi militer, bahkan dapat mengungkap apa saja rutinitas yang ada dalam lokasi militer tersebut, serta mengungkap detail-detail lainnya seperti berapa jumlah tentara yang berjaga di lokasi, dan sebagainya. Â
Dalam hukum Yunani sendiri, mengambil foto instalasi militer memang dilarang. Gara-gara insiden yang dianggap spionase itu, akhirnya isu itu dibahas dalam Perlemen Yunani pada 2011. Kedua orang itu ternyata nama sebenarnya adalah Martin Pezlar dan Ivan Buchta. Meski status mereka dalam tim pengembang Bohemia dianggap sah, namun Bohemia menyatakan bahwa kedua orang itu sedang menikmati liburan mereka dengan menikmati pemandangan alam di sekeliling pulau. Namun kedua orang itu dibebaskan oleh pemerintah Yunani pada 15 Januari 2013, setelah ditahan selama 128 hari.
Bohemia pada akhirnya meminta maaf kepada publik karena tidak dapat menjelaskan insiden tersebut secara detail. Bohemia mengungkapkan bahwa Ivan dan Martin bukanlah mata-mata, namun mereka adalah bagian dari anggota komunitas game yang antusias, yang mendedikasikan hidup mereka untuk game dan menciptakan pengalaman yang berbeda bagi para gamer pecinta game simulasi militer tersebut.Â
Biasanya, game-game yang mengirimkan sejumlah tim untuk melakukan survei lapangan adalah game berkonsep Open-World. Dimana peta dalam game lebih luas dan pemain bebas mengeksplor atau menjelajah di dalam suatu peta yang luas. Far Cry 4 juga melakukan pengembangan peta dengan mengirimkan sejumlah orang ke Nepal. Direktur Far Cry 4 Mark Thompson dan manajer produksi Philippe Fournier pernah melakukan suatu perjalanan ke Nepal dalam rangka menjelajahi panorama dan lingkungan disana dalam rangka menciptakan lokasi fiksi yang disebut Kyrat. Dokumentasi yang dilakukan tim survei meliputi berjalan-jalan ke jalanan Nepal, mewawancarai orang Nepal, termasuk orang-orang yang pernah menjadi pasukan pemberontak dan pernah bertempur dalam perang sipil.Â
Ubisoft Montreal memang telah membuat peta semenarik dan se-realistis mungkin dalam memasukkan unsur kebudayaan Nepal ke dalam game Far Cry 4, namun seiring itu juga muncul beberapa masalah. Terdapat satu petisi yang berisi 1.300 tanda tangan dari warga Nepal yang memprotes game Far Cry 4 dimana dalam game tersebut alih-alih menggunakan bahasa Nepal, plot didalam game memakai bahasa Hindi. Â Akibatnya, warga Nepal sendiri marah kepada pihak pembuat game lantaran game Far Cry 4 ini dianggap menyesatkan karena memiliki latar di Nepal namun orang-orangnya berbahasa Hindi. Warga Nepal takut bahwa orang awam akan begitu saja percaya bahwa aktor yang berada di dalam plot game berbahasa Nepal padahal sebenarnya tidak. Menurut mereka, hal itu membuat salah persepsi yang akhirnya merugikan budaya warga setempat, terutama merugikan bahasa lokal Nepal itu sendiri.Â
Walau pihak Ubisoft mengirimkan tim survei lapangan, toh latar belakang budaya Nepal tidak benar-benar diterapkan 100% di dalam game Far Cry 4. Mungkin budaya Nepal yang sama persis hanya diterapkan 30-40% di dalam keseluruhan plot game. Sisanya merupakan latar belakang fiksi murni buatan pihak pengembang game sendiri dengan menambahkan unsur bahasa Hindi dan beberapa pemberontak lokal fiksi yang bermukim di tengah hutan dan perbukitan.Â
Game-game berkonsep open-world seperti GTA 5 juga memiliki tempat-tempat yang didunia nyata memang benar-benar ada. Dan uniknya kedua tempat itu memiliki gedung atau arsitektur yang sama persis antara lokasi di dalam game dengan lokasi di dunia nyata. Contohnya seperti Los Santos, di dunia nyata nama lokasinya Los Angeles. Santa Monica, di dunia nyata bernama Del Perro (gambarnya juga sama persis). Rockford Hills nama di dalam game, di dunia nyata ada Beverly Hills, LA, konsep arsitektur bangunan hotelnya pun 80% mirip.
Mungkin GTA 5 tidak terlalu berkonsep militer open-world, oleh karena itu pihak pengembang GTA 5 tidak perlu susah-susah untuk "mengintai" lokasi-lokasi militer di luar Amerika. Jika suatu saat pihak pengembang GTA beralih atau fokus ke game-game militer berkonsep open-world, bisa jadi akan ada tim-tim survei lapangan lainnya yang akan bersiap-siap mengejutkan pihak-pihak militer di seluruh dunia. Apalagi jika mereka mengintai fasilitas militer di negara-negara dunia ketiga, dimana biasanya watak tentaranya lebih militan dan agresif dibandingkan dengan tentara di negara-negara maju.Â
Â
Sumber gambar:
http://www.thesixthaxis.com/wp-content/uploads/2013/09/Arma-3-Image-1.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H