Bentuk propaganda Barat terhadap pasukan elit Kopassus Indonesia jelas menjadi santapan yang "lezat" bagi Barat. Media dapat merekayasa semau mereka tanpa publik tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ini seperti halnya Mossad yang bekerjasama dengan CIA yang menyiapkan panggung sandiwara besar, yang mereka mainkan di Irak dan Suriah. Contohnya kasus penangkapan James Foley, jurnalis Amerika yang hilang di Suriah pada 2012 dan ditangkap ISIS lalu dipenggal hidup-hidup. Yang janggal adalah bagaimana ISIS dengan cerdik menyiapkan panggung studio "pemenggalan" sebagus mungkin dengan pencahayaan dan sorot kamera yang bisa disebut profesional. Tentu saja ISIS tidak mungkin dapat menguasai teknik pencahayaan, kamera, serta teknik-teknik fotografi yang dilakukan didalam studio dimana mereka memenggal James Foley tanpa bantuan dari CIA, bisa dikatakan mustahil. Operasi ini merupakan jenis operasi favorit CIA yang mayoritas warga dunia tidak mengatahui. Ciri-ciri kasus pemenggalan warga negara Barat yang dilakukan ISIS dan termasuk rekayasa atau dipakai sebagai alat propaganda Barat bisa dilihat dari tidak utuhnya video yang diupload ISIS ke media. Biasanya, ISIS memenggal kepala orang lalu meng-upload video tersebut secara utuh. Namun karena kepentingan global yang lebih luas, biasanya kasus-kasus pemenggalan tertentu (bukan pemenggalan jalanan ISIS tetapi pemenggalan ISIS di studio dengan pencahayaan yang bagus), merupakan kepentingan global ISIS dan Amerika secara lebih luas. Dan pola-pola operasi intelijen rahasia dimana CIA bekerjasama dengan ISIS bisa dilihat dari para korban yang dipaksa untuk mengenakan kaos orange. Jika anda melihat ada pola-pola pemenggalan yang video nya disensor, atau para korban yang dipenggal mengenakan kaos orange, tentu itu merupakan operasi intelijen CIA. Karena misi CIA didalam video pemenggalan tersebut bukan darah atau betapa brutalnya ISIS memenggal mereka, tetapi CIA (dalam hal ini ISIS) ingin menyampaikan pesan kepada dunia khususnya Amerika bahwa jangan macam-macam degan ISIS. Berbeda dengan kasus-kasus pemeggalan jalanan ISIS kepada para tentara Irak dimana video tanpa sensor sedikitpun dan dilakukan di jalan-jalan di kota-kota Irak dan Suriah.
Itu hanyalah contoh nyata bagaimana CIA memainkan sandiwara mereka di saat ribuan warga dunia sedang dimanjakan dengan berselfie ria, berfoya-foya, bersenang-senang dalam kebodohan dan cinta buta, serta diantara mereka hanya mementingkan materi dan duniawi. Lama-kelamaan orang-orang hedonisme kemudian "buta" akan apa yang terjadi di dunia ini. Mereka apatis terhadap perang karena tidak mengerti apa yang terjadi. Orang-orang dunia seperti domba yang diberikan rumput yang baik dari orang yang tidak dikenal, tetapi domba tersebut memakan rumput hijau tersebut tanpa bertanya darimana rumput itu berasal dan mengapa orang asing memberikan rumput kepada saya? Kemana majikan saya? Rumput dan domba itu ibaratnya mayoritas orang sekarang dimana menerima "mentah-mentah" apa yang ada dihadapan mereka tanpa berpikir dua kali darimana rumput ini berasal, dan melupakan agenda tersembunyi orang asing tersebut.
Katakanlah di tahun 2022, ISIS sudah berhasil dihancurkan oleh Rusia. Hal itulah yang membuat Amerika marah, karena Amerika berkepentingan untuk lebih lama mengembang-biakkan ISIS untuk mengacaukan situasi di Irak dan Suriah. Rusia yang sudah mencium agenda CIA di Suriah dan Irak tidak mau dibodohi dengan berita-berita mainstream begitu saja. Mereka menghancurkan apa yang harus dihancurkan, menghancurkan apa yang telah dikembangkan Amerika, tanpa adanya rekayasa apapun.
Sedangkan masalah di Pasifik, Jepang sebenarnya mulai terancam dengan kekuatan militer Indonesia. Jepang khawatir masalah Singapura-Indonesia dan Australia-Indonesia akan mulai merambat ke babak baru peperangan. Setelah berunding dengan otoritas senior AS, Jepang mulai banyak melakukan latihan militer gabungan di dekat wilayah mereka dan terkadang pesawat-pesawat mereka secara diam-diam menerobos wilayah udara di atas wilayah Laut Cina Selatan.Â
Melihat gelagat buruk Jepang, Cina tidak tinggal diam. Cina yang di tahun 2020 sudah menyulap satu pulau di Laut Cina Selatan menjadi basis militer dengan menempatkan pangkalan udara mereka otomatis tidak akan terkecoh dengan permainan Jepang dan Amerika. Yang dipandang Cina akan dapat memperkeruh suasana. Cina juga melihat kesempatan untuk mendukung Indonesia, dimana di tahun 2020 Indonesia sudah dibanjiri oleh produk-produk murah-berkualitas asal Cina dan banyak investor Cina menanamkan modalnya di Indonesia. Cina harus bergerak cepat untuk dapat merebut dukungan Indonesia, dengan misi sebenarnya untuk mendukung Cina dalam mempertahankan Laut Cina Selatan yang sedang disengketakan. Para pengamat Indonesia sebenarnya sudah tahu bahwa Cina sangat berkepentingan mendapatkan dukungan dari Indonesia untuk menyeret Indonesia menjadi sekutu terdekat cina dalam ajang sengketa Laut Cina Selatan, namun berhubung Indonesia masih diisi oleh para pejabat korup dan pejabat-pejabat yang gila harta dan materi, situasi tersebut tidak secara cerdik dipandang Indonesia secara serius. Para pejabat Indonesia masih saja sibuk saling sikut-menyikut antara partai satu dengan partai lainnya, para "petugas partai" masih terlibat korupsi dan semuanya tidak melihat rakyat sebagai prioritas utama. Imbasnya, di tahun-tahun mendatang di tahun 2030-2050, Akan terjadi gap yang sangat besar antara si kaya dan si miskin. J
ika hal itu tidak diatasi saat ini, maka rakyat yang miskin mudah sekali termakan provokasi, ditambah lagi banyak dari mereka tidak berpendidikan dan pengangguran. Untuk itu Indonesia memerlukan Presiden yang hebat. Berhubung Amerika (sejak era Soekarno) tidak menginginkan Indonesia dipimpin pemimpin hebat, maka Amerika selalu mencari cara agar mendapatkan pemimpin Indonesia yang pro-Amerika agar Indonesia bisa terus "menyusu" kepada Amerika. Sedangkan Rusia yang cemburu sekaligus kasihan terhadap Indonesia, tidak dapat berbuat banyak lantaran banyak dari pejabat kita lebih sibuk mengurusi partai dan korupsi (terlepas dari masalah militer).Â
Malaysia melihat bahwa hubungan Cina dan Indonesia yang semakin dekat tentu membahayakan. Dimana Malaysia juga sudah sangat menyadari potensi kekuatan militer Indonesia jika seandainya perang pun pecah. Meski banyak negara eropa Barat bergabung dengan NATO dan mendukung Amerika sepenuhnya jika perang pecah di kawasan pasifik, namun lain halnya dengan Jerman.
Sejak insiden memalukan penyadapan NSA dan CIA terhadap intelijen Jerman dimana NSA menyadap perangkat komunikasi pejabat negara Jerman, Jerman mulai skeptis terhadap Amerika dan tidak gegabah mengirimkan Tentara mereka untuk bergabung dengan NATO di wilayah Pasifik. Amerika mengetahui bahwa sejak insiden penyadapan NSA itu, hubungan AS-Jerman didepan layar adem-anyem, namun dibelakang kedua negara tidak saling mempercayai. Terlebih karena sikap egois Amerika yang menyadap, bahkan negara-negara sekutu mereka sendiri. Ketidakpercayaan Jerman terhadap sikap egoisme Amerika dibayar mahal dengan Jerman yang bergabung ke poros Kiri (Rusia dan Cina), namun tidak semua mayoritas Jerman setuju dengan hal itu. Jerman pun kembali pecah menjadi dua- Jerman Barat (mendukung AS) dan Jerman Timur (mendukung Rusia), situasi konflik di Jerman pun pecah dan konflik meletus seperti halnya konflik di Ukraina. Jerman harus segera memilih antara Amerika atau Rusia, sedangkan di sisi lain rakyat Jerman pun pecah menjadi dua dan situasi Jerman menjadi mencekam.Â
Di Indonesia, Kopassus dipuja rakyat dan rakyat sepenuhnya mendukung TNI, tetapi tidak bagi media internasional. Di tengah hinaan terhadap kopassus yang dihembuskan media-media mainstream Barat tersebut, sebenarnya Amerika sedang berada diambang kebingungan. Amerika harus memilih mendukung Indonesia atau berperang dengan Indonesia? Dimana kedua pilihan itu tidak mudah. Jika Amerika mendukung Indonesia, berarti Amerika mengabaikan Singapura dan itu berarti Amerika memerangi Singapura dan Australia? Jika Amerika memerangi Indonesia, itu berarti Perang di kawasan Asia Tenggara tidak terbendung lagi dan hal itu berimbas kepada rusaknya hubungan baik antara Amerika dan Indonesia.
Faktor lainnya adalah jika Amerika memerangi Indonesia, otomatis Rusia tidak akan tinggal diam dan perang pun jadi meluas. Amerika khawatir perang pasifik akan dapat meluas menjadi perang di kawasan Eropa. Bahkan majalah TIMES menerbitkan sebuah judul berita kontroversial; Indonesia; Enemy or Ally?" (Indonesia; Musuh atau teman?). Para pakar militer di Amerika sendiri tidak menganjurkan Amerika berperang ke Indonesia, bukan masalah Amerika takut terhadap Indonesia, tetapi lebih kepada keretakan hubungan dan perang berkelanjutan di pasifik yang tentu akan membuat Rusia dan Cina bergerak mendukung Indonesia.
Hal itu dipahami betul oleh Amerika, di saat yang sama CIA sudah terlanjut menggerakkan para milisi PNG dan merebut simpatisan OPM untuk mendukung perjuangan Papua untuk lepas dari Indonesia. Namun dalam minggu-minggu selanjutnya, militer Indonesia berhasil menumpas seluruh milisi PNG yang menyeberang ke Papua serta para simpatisan OPM yang dipersenjatai milisi PNG.Â
Australia tentu saja tidak senang dengan hal itu, itu berarti rencana mereka di Papua gagal. TNI sudah bersiaga penuh di perbatasan, di kota-kota di Papua, serta mencurigai para jurnalis asing yang biasanya meliput dan menuliskan tulisan sesuka hati mereka. Pergerakan pasukan sangat terlihat di pulau Jawa, dan di Jakarta, tank-tank berkeliaran dimana-mana, menarik dukungan rakyat sekaligus mengintimindasi lawan. Di Australia sendiri, Amerika telah mengirimkan 10.000 Tentara mereka, beserta pasukan khusus Navy SEAL, Ranger, USMC (Marinir), serta Green Berets yang merupakan pasukan elit terbaik Amerika. Australia kebingungan, takut jika perang pecah, Indonesia akan segera menginvasi Australia. Atas ketakutan itu, Amerika menyakinkan Australia bahwa tidak perlu takut terhadap Indonesia, dan Amerika akan membantu Australia dengan mengirimkan banyak pasukan dan pesawat tempur mereka. Pasukan khusus SAS Australia juga secara intensif terus menajamkan kemampuan perang mereka dan melakukan latihan gabungan dengan pasukan elit Amerika.
Di saat situasi yang semakin gawat itu, rakyat Indonesia segera mendukung diberlakukannya wajib militer. Presiden segera mengesahkan UU dan militer segera menerapkan wajib militer secepat mungkin (dengan asumsi bahwa di tahun 2020 pun Indonesia masih belum diberlakukan wajib militer). Anggaran Wamil segera didiskusikan dan kurang dari setahun Wamil selesai dilaksanakan.Â
Rusia yang tidak ingin ketinggalan panggung perang lalu menawarkan Indonesia sebuah penawaran dengan persyaratan. Rusia ingin membantu Indonesia dengan mengerahkan pasukan darat mereka dengan balasan bahwa Indonesia diharuskan membeli pasokan gas dari Rusia, tentunya dengan penawaran harga gas yang murah dan menggiurkan, sebagai cadangan energi Indonesia jika perang berkecamuk. Indonesia kaya akan cadangan gas alamnya, namun di tahun 2020 kemungkinan 45-50% pasokan Migas masih dipasok dari luar. Untuk itulah Indonesia mengambil kesempatan untuk membeli gas murah dari Rusia, ditambah Indonesia akan mendapatkan bantuan pasukan dari Rusia.Â
Di Singapura, sikap anti-Indonesia semakin tidak terbendung. Singapura mengungkit-ungkit masalah kabut asap yang berasal dari Indonesia yang dianggap menganggu sektor pariwisata Singapura. Singapura juga mengingat betapa Indonesia berani memasang nama 'Usman Harun' sebagai nama KRI. Di sisi lain, Singapura tidak menginginkan perang, melihat bahwa jika perang berlangsung, Singapura dikepung dari segala arah dan kemungkinan besar dalam beberapa minggu perang Singapura akan terkalahkan. Malaysia lalu mengatakan kepada Singapura; "Tenang saja, Kami (Malaysia) akan membantu kalian. Kalian tidak usah takut." Mendengar hal tersebut, Singapura menjadi sedikit lebih tenang. Namun masih khawatir akan besarnya kekuatan militer Indonesia. Amerika lalu memasok alat-alat militer berat dan pasukan NATO mulai dialokasikan di Singapura melalui daratan Malaysia. Kurang lebih sekitar 5000 pasukan NATO ditempatkan di Malaysia dan sewaktu-waktu akan dialokasikan ke Singapura.
Di Indonesia, Amerika berniat memecah-belah rakyat Indonesia dengan cara menghembuskan kembali isu komunisme. Isu komunisme ini sangat sensitif dan biasanya militer langsung menghujat komunis dengan citra negatif dan memerangi mereka sehingga hal itu dipandang CIA sebagai jalan masuk yang efektif untuk memperkuat kembali paham komunisme dan mempersenjatai rakyat, lalu mengadu domba sesama rakyat. Hal tersebut cukup ampuh mengingat banyak warga Indonesia mudah sekali terhasut, ditambah lagi kebencian terhadap komunisme di Indonesia semakin meguat. Sebenarnya rakyat Indonesia jangan mudah terhasut dengan komunisme. Karena di masa mendatang, komunisme dipakai sebagai jalan ampuh bagi operasi intelijen asing, sedangkan kemampuan counter-intelligence Indonesia masih berada dibawah rata-rata (kemampuan Intelijen dalam menangkal operasi intelijen asing).
Dalam 20-30 tahun mendatang apabila Indonesia masih dipimpin oleh Presiden yang tidak hebat (hebat dalam artian yang sebenarnya; Bung Karno) dan tidak cerdik dalam memainkan percaturan politik nasional dan internasional, Indonesia dipastikan akan menjadi bulan-bulanan permainan asing dalam eksplorasi hasil tambang dan mineral, serta masuknya para investor asing yang kebablasan yang menyebabkan "asing" semakin kuat di Indonesia (dalam artian nasib Indonesia ada di tangan mereka atau Indonesia banyak bergantung dari mereka). Indonesia jelas akan menjadi korban Perang Asimetris yang semakin mengkhawatirkan. Generasi muda Indonesia semakin terjebak dalam jurang seks bebas dan semakin kehilangan arah. Indonesia pun tidak kunjung menerapkan Wajib Militer, padahal wacana ini sudah diusulkan sejak lama.Â
Ketika perang dengan Singapura atau dengan Australia, dalam jangka panjang Indonesia jelas akan mengalami banyak kerugian. Namun rakyat melihat bahwa perjuangan harus terus diperjuangkan walaupun kerugian yang dialami sangat besar (kerugian dari sisi anggaran perang dan keterbatasan energi).Â
Menurut hemat saya, CIA sangat mudah sekali menerobos masuk menyusup melakukan operasi seperti operasi-operasi intelijen di Indonesia, dan keluar dengan tangan bersih tanpa diketahui masyarakat Indonesia. Jika Australia menginginkan Indonesia mengalami kekacauan dan ingin membuat Indonesia kehilangan Papua, otomatis CIA akan bermain di Papua bersama dengan Australia. Asumsi saya, CIA akan mempersenjatai simpatisan serta anggota OPM, atau paling tidak warga Papua yang ingin lepas dari NKRI. Sangat mudah sekali CIA mempersenjatai mereka. CIA tidak serta merta mempersenjatai, tidak sesederhana itu. CIA harus mengambil kambing hitam untuk dipersalahkan atas siapa yang mempersenjatai OPM. Nah, disinilah CIA harus cerdik memainkan "kartu AS" mereka. Menurut saya, CIA pasti mencari oknum-oknum tentara Indonesia yang "kurang loyal" dan "menginginkan uang" melebihi pengabdiannya kepada NKRI. Oknum TNI yang tidak loyal itu tentu saja sangat tergiur dengan uang dan berharap bahwa ia bisa keluar dengan tangan bersih. Oknum TNI tersebut nantinya akan dimanfaatkan CIA sebagai dalang atas masuknya ribuan senjata ke Papua.
Kemungkinan operasi semacam itu sangatlah mungkin terjadi mengingat nantinya TNI lah yang disalahkan oleh dunia internasional. Lalu, yang ada dibenak kita? Apa jawaban oknum TNI jika ditanya mengapa ia menjadi dalang pemasok utama senjata ilegal untuk mempersenjatai OPM dan melakukan makar di tanah Papua? Tentu saja jawabannya mudah, pasti akan dijawab; "Saya tidak ingin rakyat Papua menderita lebih lama lagi dan saya ingin membebaskan mereka dari belenggu praktek kolonial yang dilakukan Indonesia. Cerita diatas bukanlah fakta dan tidak melebih-lebihkan. Cerita diatas merupaka opini pribadi saya tentang bagaimana operasi intelijen nomor satu dunia bekerja, sangat mudah sekali. Untuk itu bagi TNI, yang harus dilakukan untuk menangkal operasi intelijen semacam itu bukan dengan latihan yang keras atau kemantapan disiplin atau meningkatkan operasi Kopassus, melainkan kesejahteraan dan "perhatian" yang dicurahkan kepada prajurit di lapangan, terutama bagi prajurit yang bertugas di perbatasan-perbatasan luar Indonesia. TNI harus bertindak untuk mensejahterakan mereka, membuat hunian pos yang layak bagi prajurit di perbatasan, serta meningkatkan pengamanan pulau-pulau terluar dan wilayah yang rawan disusupi senjata-senjata ilegal.Â
Perkiraan saya, Rusia tidak akan mengirimkan pasukan darat ke Indonesia jika kita asumsikan bahwa Rusia ingin membantu Indonesia.
Mengingat jarak yang jauh dan perjalanan yang melelahkan, hal itu kecil kemungkinannya. Belum lagi Amerika sudah pasti akan memblokir kapal-kapal pengangkut marinir Rusia dan kapal-kapal perang Rusia untuk masuk ke wilayah Indonesia dengan menutup jalur utama Laut Cina Selatan. Basis-basis militer Amerika di Singapura, Filipina, akan semakin meningkatkan armada laut dan udara mereka, serta meningkatkan aktivitas drone siluman mereka dan menerbangkan pesawat siluman Bomber mereka yang bisa terbang sangat tinggi (Northop B-2 Spirit). Kemungkinan akibat blokade yang dilakukan AS di Laut Cina Selatan, kapal-kapal perang Rusia mau tidak mau harus terlibat perang laut disana. Cina tidak mau tinggal diam saja dan segera mengirim kapal-kapal perang mereka untuk mengusir blokade Amerika. Intensitas yang tinggi di Laut Cina Selatan membuat Cina dan Rusia masuk ke gelanggang perang dengan bertempur melawan kekuatan AS yang berada di pangkalan wilayah pasifik.
USMC dan Navy SEAL menjadi keuntungan tersendiri bagi Amerika. Di saat yang sama dimana intensitas konflik Laut Cina Selatan meningkat, tim observer dari NAVY SEAL mempelajari wilayah lepas pantai mana yang sangat mungkin untuk dijebol, wilayah pesisir laut Indonesia mana yang tidak dijaga militer. Berminggu-minggu tim demolition NAVY SEAL memperhatikan perkembangan alokasi pasukan militer Indonesia dan mereka mendapatkan banyak celah masuk bagi pendaratan pasukan reguler. Namun, Amerika mengulur-ulur waktu dan tidak terburu-buru dalam melakukan invasi ke Indonesia, yang sebenarnya menjadi kontroversi dan perbicangan hangat di rakyat Amerika sendiri. Amerika tentu tidak ingin kegagalan terulang kembali seperti konflik yang pernah terjadi di Vietnam, serta kegagalan Amerika di Irak. Indonesia pasti akan menjadi mimpi buruk bagi Amerika, dan akan menjadi kuburan-kuburan massal Tentara Amerika jika Amerika memaksakan melakukan suatu invasi melalui pesisir pantai dan melakukan pertempuran darat secara terbuka.
Belum lagi Amerika memikirkan bahaya bahwa Perang Semesta jelas akan menjadi strategi perang yang berbahaya bagi pasukan darat dan akan memakan banyak korban. Indonesia sudah pasti akan memanfaatkan strategi perang semesta dengan melibatkan rakyat dalam perjuangan Indonesia melawan invasi Amerika. Jika wajib militer selesai dirampungkan dan Total Warfare diterapkan, jutaan "sukarelawan perang" pasti menjadi suatu kekuatan bagi TNI dalam memenangkan perang. Rakyat pasti akan bersatu melawan bentuk invasi militer apapun. Meskipun tim observer NAVY SEAL sudah mempelajari celah-celah masuk melalui laut lepas, Amerika tidak ingin begitu saja masuk dan mengorbankan banyak tentara mereka seperti yang terjadi di Normandy ketika pasukan AS melakukan invasi melalui lepas pantai Perancis dalam usaha mereka mengalahkan Nazi Jerman.Â
Yang terlebih dulu dilakukan Amerika untuk mengalahkan Indonesia yakni; 1. Melakukan propaganda melalui media-media mainstream. (cara ini sangat ampuh seperti yang Barat mainkan di Timor Timur) 2. mempersenjatai warga sipil Indonesia yang berwatak radikal, berpotensi melakukan terorisme, atau mereka yang anti-nasionalis. 3. Menuduh Indonesia melakukan pelanggaran HAM di Papua. 4. Menuduh Indonesia serta menjelekkan militer kita dengan membeberkan fakta bahwa TNI lah yang memasok senjata ke Papua. 5. Mendesak PBB agar memberikan sanksi kepada Indonesia dan mengecam perilaku buruk Indonesia dengan mengangkat isu HAM. Dengan hal-hal semacam itu, otomatis seiring berjalannya waktu banyak pemberontakan dimana-mana dan di waktu yang sama TNI juga harus berjuang agar Papua tidak lepas baik dari "ulah bodoh pejabat negeri ini", "desakan PBB untuk melakukan referendum" maupun dari "pemberontakan massal". Ketiga hal itu nantinya akan menjadi ancaman di masa mendatang untuk bagaimana agar Papua bisa merdeka. Selama ini Papua dibiarkan tidak merdeka (oleh Amerika) karena satu alasan; Freeport. Indonesia di era-era sebelum Jokowi "terlalu bersahabat dan terlalu baik" dengan AS dan terus melakukan kontrak pembaharuan Freeport. Di era Jokowi saja dimana Indonesia sudah berani tegas menghadapi Freepot dan mengancam mereka untuk menurut kepada Indonesia (memberlakukan larangan ekspor bahan mentah ke luar, serta Freeport diharuskan membuat smelter).Â
Sangat mudah sekali bagi NATO untuk masuk mengintervensi Indonesia. Sebelum Pasukan PBB masuk, Amerika terlebih dahulu memporak-porandakan Indonesia melalui keempat hal diatas tadi. Keempat hal itu sangatlah ampuh dan lama-kelamaan situasi menjadi lebih kacau dan TNI semakin berfokus untuk menghadapi pemberontakan dan makar yang terjadi dimana-mana. Kekacauan tersebut dipelajari dengan baik oleh CIA untuk bagaimana secara cerdik agensi dapat lebih memainkan teror mereka. Terorisme pun menjadi cara lain untuk mengalahkan Indonesia. CIA memasok bahan peledak dan mencari orang-orang yang radikal yang rela melakukan operasi bom bunuh diri di lokasi-lokasi strategis. Biasanya orang-orang semacam ini sudah terlanjur radikal dan menganggap bahwa bom bunuh diri adalah suatu jalan ke Surga dan suatu solusi agar cepat bertemu dengan Bidadari.
Ini menarik, berarti orang-orang yang melakukan bom bunuh diri adalah orang-orang yang ingin segera bertemu dengan bidadari, bukan bertemu dengan Tuhan? Sebuah kekonyolan dan kesalahan persepsi tentang jihad.
Dengan Perang Asimetris dan cara-cara Amerika untuk menjatuhkan Indonesia. Besar kemungkinan kekacauan akan merebak, dan perang bukanlah solusi untuk mengalahkan kekacauan. Mungkin iya perang bisa digunakan untuk mencegah pemberontakan atau menetralisir suatu kekuatan makar di lokasi tertentu, tetapi korban jiwa akan bertambah banyak dan mata dunia selalu mengawasi perkembangan di Indonesia.Â
(Bersambung)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H