Mohon tunggu...
Abdu Rozaqi
Abdu Rozaqi Mohon Tunggu... - -

Stay Foolish, Stay Hungry

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pesawat F22 Raptor

22 September 2015   01:05 Diperbarui: 22 September 2015   01:34 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

g "][/caption]

Sumber foto: commons.wikimedia.org 

F22A Raptor Generasi ke-5 (5th Generation) merupakan program rancangan pesawat super-jet Amerika yang telah lama menjadi perbebatan sengit dan menuai banyak kontroversi. Di satu sisi jet tempur ini memiliki kemampuan full-stealth (kemampuan siluman), memiliki sensor dan radar elektronik canggih, serta dilengkapi sistem pertahanan SEAD (Suppression of Enemy Air Defenses) baik dalam duel air-to-air maupun air-to-ground. Kemampuan untuk menaikkan kecepatan di atas Mach 1 tanpa afterburner juga menjadikan F22 Raptor kelebihan tersendiri. Berbagai kemampuan manuver tingkat tinggi dan desain yang unik menjadikan F22 menjadi pesawat super-manuver yang ditakuti. Desain uniknya juga membuatnya "invisible" dari tangkapan radar musuh. Kelebihan lainnya F22 Gen ke-5 ini memiliki rasio yang sangat bagus ketika diduelkan melawan jet F15 (dilakukan dalam fase simulasi Northen Edge 2006) yakni memiliki rasio kemenangan 108:0 dalam melawan F15. 
Disamping berbagai kelebihan yang dimiliki, F22 terlalu mahal untuk satu unit pesawat, dan terlalu terbatas (sedikit diproduksi), dan tidak memungkinkan untuk ditempatkan di seluruh skuadron USAF mengingat jumlahnya yang sedikit.
F22 memiliki sejarah pengembangan yang panjang dan selalu menuai kontroversi. Di tahun 1981, AU AS mengembangkan suatu persyaratan bernama (ATF- Advanced Tactical Fighter) sebagai sebuah program pengembangan pesawat udara terbaru berdasarkan konsep air-superiority. Program yang diluncurkan AU tersebut diharapkan menjadi suatu pionir teknologi baru dalam pengembangan desain pesawat jet tempur termasuk dari sisi campuran material desain pesawat, sistem kendali penerbangan modern (Advanced Flight Control Systems), sistem propulsion bertenaga tinggi dan teknologi stealth (teknologi siluman agar pesawat terhindar dari deteksi radar). Demi mendapatkan semua kelebihan tersebut, program ambisius ATF ini diharapkan menjadi program andalan, program masa depan bagi militer AS khususnya Air Forces. Para jenderal AU AS berharap bahwa program berbasiskan teknologi terbaru ini akan dapat membuat F15 dan F16 terlampaui oleh pesawat baru yang dibuat di awal abad ke-21.

Program ATF yang dicanangkan otoritas AU AS didasarkan pada kajian dan studi mengenai perang udara yang dilakukan di akhir tahun 70 hingga awal tahun 80an ketika saat itu intelijen Soviet menciptakan jet Fulcrum dan Flanker. Dari observasi geometri desain pesawat ditemukan bahwa suatu desain terbaru yang bahkan dapat menyaingi jet F15 dalam pertempuran dogfight. Para pilot Soviet pada tahun 80an sebenarnya masih terperangkap oleh geometri ciptaan mereka baik dalam kemampuan manuver supersonik maupun kemampuan observasi yang masih rendah. Untuk itulah sejak era tahun 80an hingga saat ini, AU telah berhasil menciptakan F22 Raptor yang menakutkan dan memiliki sistem perangkat perang elektronik (perang udara berbasiskan konsep radar dan sensor canggih).
Program ATF diharapkan saat itu menjadi penerus jet F15, sebuah pesawat air-superiority-fighter jarak jauh dengan keahlian untuk menghancurkan segala jenis pesawat taktis jenis apapun dan dapat beroperasi hingga radius untuk dapat menjangkau target yang sudah masuk hingga jauh didalam wilayah udara USSR (Soviet) yang dijangkau dari basis-basis di wilayah Eropa Barat. Hal itu hanya dapat terwujud dengan penggunaan desain airframe/systems/propulsion berteknologi canggih yang memfokuskan pada kemampuan aerodinamis pesawat, mesin, teknologi siluman, serta untuk meminimalkan delay pada setiap tembakan misil pesawat.

Tim pengembang jet F22 telah mengembangkan program demonstrasi 54 bulan yang bertujuan untuk fokus mengembangkan desain terbaik "Raptor". Program pengembangan 54 bulan itu bertujuan untuk mencari desain terbaik serta melakukan ujicoba penerbangan pada pesawat prototipe jenis YF-22. Pesawat bermesin ganda, the Pratt & Whitney YF119 dan General Electric YF120 juga termasuk pesawat yang dikembangkan dan diikutsertakan dalam test dalam program. Dem/Val (demonstration/validaton) akhirnya selesai pada Desember 1990. Banyak dari pengembangan itu diujicoba di markas Boeing di Seattle, serta fasilitas Lockheed Martin di Burbank, California, serta diujicoba di Fort Worth yang merupakan perusahaan General Dynamics di Texas (saat ini tempat tersebut diubah menjadi Lockheed Martin Tactical Aircraft Systems). Sedangkan prototipenya sendiri diujicoba markas Lockheed di Palmdale, California. 

Pada Agustus 1991, YF-22 menjadi pemenang dalam kontes pesawat jet terbaru yang nantinya menjadi incaran AU AS. Namun jet F22 berhasil mengungguli milestone II juga ditahun yang sama. Dokumen SOR lalu divalidasi oleh AU AS dan Departemen Pertahanan AS pada 1991 yang tertuang dalam laporan ATF milestone tahap II. Pada waktu itu AU AS berencana untuk mendapatkan jet F22 sebanyak 648 unit dengan anggaran sebanyak $86 Bilion. Setelah beberapa kali kesepakatan yang diselesaikan oleh Dephan AS pada September 1993, rencana pembelian jet F22 AU AS diturunkan menjadi 442 unit dalam rangka menekan anggaran pembelian pesawat yang "terlalu mahal" dan terlalu menguras budget. 

Menciptakan jet super-canggih tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pengembangan F22 juga sempat terkendala berbagai masalah termasuk masalah manufaktur titanium, kelemahan struktur, anomali brakes, masalah pada mesin turbin bertekanan rendah, masalah getaran mesin, dan sebagainya. AU AS melaporkan pada pertengahan 1997 bahwa terdapat 97 masalah operasi pesawat serta 68 masalah perbaikan pesawat yang terbatas. 

Berdasarkan pada laporan akuisisi, bahkan tanpa pertumbuhan anggaran tahun mendatang, dapat dipastikan bahwa F22 diprediksi akan menghabiskan tiga kali anggaran satu unit F15 (yang berarti satu unit F22 lebih mahal tiga kali lipat dari jet F15). Bayangkan saja, satu unit F15 dapat dibeli dengan $55 milion sedangkan F22 dicanangkan akan mencapai $300 milion. Itu berarti membeli satu unit F22 sama dengan membeli 5 unit F15. Analoginya, membeli 100 jet F22 dengan harga terlalu mahal, sama saja dengan membeli 500 jet F15, yang mana dengan 500 unit jet itu dapat menjangkau banyak daratan Amerika. 

Di akhir Perang Dingin, Komite Gedung Putih pernah berencana untuk menghapuskan program ATF (program pengembangan jet F22) lantaran mempertimbangkan mahalnya satu unit F22 ditambah lagi dengan biaya terbang satu jam F22 yang sangat menguras kantong, Komite itu menyebut bahwa program ATF F22 tidak masuk akal dan harga satu unit F22 yang selangit benar-benar tidak realistis (tidak realistis jika dipakai di waktu perang dengan asumsi perang udara bisa berlangsung tidak menentu). Kemudian AU AS memberitahukan kepada komite bahwa pengembangan F22 akan menghabiskan dana $14 bilion. Sejak saat itu program ATF mengalami pertumbuhan di tahun 1999 dengan perkiraan pengembangan program F22 mencapai hingga $23 bilion. Dalam enam bulan pertama pengembangan tahun 1999, telah menghabiskan anggaran $700 milion dan produksi enam unit F22 pertama dapat mencapai $300 milion.

Rancangan F22 yang beroperasi segera dikerjakan pada Maret 2001 dengan pengerjaan mencapai 11 bulan lamanya. Setelah selesai, unit F22 dikirim ke markas Lockheed Martin di Georgia dimana pemasangan sayap, dan ekor vertikal dan horizontal pesawat dikerjakan disini. Di tempat ini juga F22 dipasangkan mesin F119. 

F22A terbang pertama kali pada 15 Desember 2005. Pada Januari 2011, USAF membuka REDI (sebuah program khusus perbaikan dan upgrade Raptor) dengan budget mencapai $16 bilion. Sekitar $2 bilion digunakan untuk perbaikan struktur. Sedangkan teknologi jet F-35, yang diketahui memakai "jubah" stealth tahan lama, juga diterapkan pada jet F22. 

F22 saat ini dilengkapi dengan upgrade sistem oksigen cadangan, upgrade software dan sensor oksigen untuk mengatasi masalah oksigen dan pernafasan pilot. Pada April 2014 USAF memberikan pernyataan dalam Kongres terkait testimoni pesawat yang mengatakan bahwa sistem oksigen back-up otomatis yang dipasang dalam armada F22 akan segera rampung dalam waktu 12 bulan. 

F22 diperkirakan mampu bertahan selama 30 tahun dengan maksimal jam terbang mencapai 8.000 jam. Dalam jangka panjang, F22 diharapkan dapat "terlampaui" oleh pesawat Gen ke-6 yang diperkirakan akan diproduksi Amerika pada tahun 2030an mendatang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun