Rasulullah SAW bersabda, "Perhatikanlah keadaan mayat ketika meninggal dunia. Apabila keringatnya menetes, air matanya keluar, dan suara atau nafas panjang keluar dari hidungnya, maka itu merupakan rahmat yang diturunkan Allah kepadanya.
Apabila seseorang sedang berada dalam keadaaan sempit dan mendapat musibah, maka beban yang sedang menimpanya akan terasa lebih ringan apabila dia mengingat mati, karena mati lebih berat dari musibah yang menimpanya. Ketika seseorang mengingat mati ketika mendapat nikmat dan kelapangan, maka dia akan terhindar dari tipu daya yang ditimbulkan oleh kesenangan yang diperolehnya.Â
Karya ini mengingatkan kita tentang kematian. Mengingat mati membuat seseorang bersikap ragu terhadap kehidupan dunia yang fana ini, sehingga dia selalu mengingat kehidupan akhirat yang kekal abadi.
 Allah menggambarkan tentang kepedihan mati dalam ayat-ayat di bawah ini: Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. (QS. Qaf: l9)Â
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim [berada dalam tekanan-tekanan sakratul maut. (QS. al-An'am: 93)
 Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan. (QS. alWaqi'ah:83)Â
Sekali-kali jangan. Apabila nafas [seseorangJ telah [mendesakJ sampai ke kerongkongan. (QS. al-Qiyamah: 26)
 Abu Hamid menyebutkan (dalam bukunya, Kasyful 'Ulum al-Akhirah): Jika seseorang meninggal dunia, maka orang di sekelilingnya akan membicarakan dia. Di antara mereka ada yang berkata, "Fulan telah meninggalkan wasiat serta harta benda." Sedangkan yang lain berkata, "Lidah fulan sudah berat untuk bicara. Dia sudah tidak mengenal lagi tetangganya dan tidak bisa berbicara lagi dengan saudara-saudaranya. Aku melihatmu seperti orang yang bisa mendengar, tetapi tidak sanggup untuk berbicara. Anak-anak perempuanmu menangisi kamu seperti layaknya seorang tawanan, dan dia berkata, 'Wahai ayahku yang tercinta, mengapa engkau tinggalkan aku sehingga aku menjadi yatim? Siapa yang akan memenuhi kebutuhanku? Demi Allah, engkau bisa mendengar tetapi tidak sanggup berbicara.
Para ulama berkata "Apabila setiap Nabi, Rasul, para wali, serta orang yang bertakwa mengalami pedihnya mati, lalu kenapa orang biasa (seperti kita) tidak mau mengingat pedihnya kematian tersebut? Kenapa kita belum juga mempersiapkan bekal untuk menghadapinya?" Mereka juga mengatakan bahwa ada dua buah hikmah yang dapat kita ambil dari kepedihan sakaratul maut yang dialami oleh setiap Nabi, yaitu:Â
Pertama: Agar semua makhluk mengetahui tentang pedihnya mati, dimana hakikat kematian adalah sesuatu yang tidak diketahui (rahasia). Jika kita melihat keadaan seseorang ketika akan meninggal, maka dia tidak bisa bergerak, seolah-olah ruhnya keluar dengan begitu mudah, sehingga menurut pendapat kita kematian merupakan sesuatu yang mudah. Hal ini disebabkan karena kita tidak mengetahui hakikat kematian yang sebenarnya. Ketika para Nabi menceritakan tentang pedihnya mati, maka kita baru tahu bahwa setiap orang yang akan meninggal dunia (kecuali orang yang mati syahid) pasti merasakan bagaimana pedihnya mati.Â