Mohon tunggu...
Abdurachman FJ
Abdurachman FJ Mohon Tunggu... jurnalis -

Bekerja sebagai pewarta foto di salah satu media. Menyukai petualangan di hutan hingga belantara beton kota.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia Tak Lagi Ramah Anak

5 Juni 2017   15:13 Diperbarui: 5 Juni 2017   15:26 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak di kampung Apung

Bahkan yang terbaru dan membuat miris, sebuah video anak-anak yang sedang pawai menyambut bulan ramadhan dengan meneriakan kata-kata yang tidak selayaknya keluar dari mulut mereka . Rupanya efek memanasnya iklim politik di negeri ini sudah memakan korban. Mereka “dipaksa” melihat dan mendengar perseteruan politik orang dewasa.Bahkan disalah satu aku media sosial dengan bangganya memamerkan anak kecil dengan senjata tajam dan memegang tulisan ujaran kebencian. Di beberapa daerah juga ditemukan fenomena anak-anak membully temannya dengan kata-kata rasis. Rupanya sentimen rasis masih “laku” di negera ini. Dan generasi mendatanglah yang menjadi korbannya. Masa kanak-kanak yang bebas dan ceria terancam hilang.

Peristiwa demi peristiwa yang terjadi dewasa ini. Merupakan peringatan untuk saya sebagai orang tua. Jamannya si kecil tumbuh saat ini akan sangat keras. Lingkungan yang tidak lagi ramah anak,di sekitar rumah, sekolah maupun lingkungan sosial. Sebuah pekerjaan rumah terbesar untuk saya dan semua orang tua. Menyiapkan anaknya menghadapi itu semua. Mau tidak mau,itulah yang akan mereka hadapi kelak.

Saya selalu mengingatkan istri saya untuk menjaga dan mengawasi si kecil dengan benar. Selain agar terbangun hubungan antara ibu dan anak. Tapi menjadi pondasi awal si kecil untuk menghadapi lingkungannya nanti. Saya pun sudah menyiapkan berbagai rencana untuk si kecil. Salah satunya saat sudah waktunya nanti, saya akan mengajaknya mengenal rumah ibadah dan penganutnya, selain agamany asendiri. Memperlihatkan betapa luasnya dan beragamnya bumi yang dia pijak ini. Untuk saat ini, saya mulai mengenalkannya dengan buku agar dia tumbuh dan berkembang dengan buku. Semoga dengan cara ini akan tumbuh minatnya terhadap buku, karena satu hal yang selalu saya pegang dari dulu “Buku adalah jendela dunia”. Dengan melihat betapa luasnya dunia, kita tidak akan seperti katak dalam tempurung. Yang hanya bisa berteriak lantang dengan pongah, padahal kita hanya sepersekian bagian dari dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun