Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada. Buku Solo: 1. Di Bawah Renungan Al-Qur'an (2017). 2. The Good Muslim: Menjadi Muslim Berjiwa Kuat, Berakhlak Dahsyat, Berpribadi Hebat, dan Hidup Bermanfaat (2024). Buku Antologi: 1. IMM di Era Disrupsi: Membaca Kecenderungan Baru Gerakan (2022). 2. Kembali Berjuang (2023). 3. Mumpung Masih Muda: Spesial Quotes About Youth (2023).

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Buya Hamka, Pelayan Hotel, dan Salat Subuh

21 Januari 2025   10:15 Diperbarui: 21 Januari 2025   10:15 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Buya Hamka (Sumber: ngopibareng.id)

Mendengar itu, Buya Hamka mengakui bahwa pada saat itu dorongan hasrat laki-laki memang sedang berguncang. Apalagi posisi beliau sendirian. Tidak ada seorang pun yang mengenalnya seandainya beliau menerima tawaran dari pelayan hotel tersebut. Nah, di sinilah kita melihat keteguhan iman Buya Hamka. Buya Hamka menyadari bahwa baru saja ia melaksanakan salat, bahkan bekas wudhu pun masih terlihat basah di wajahnya.

Dalam hati Buya Hamka bergumam: "Kalau tidur dengan perempuan lain meskipun istriku tidak mengetahuinya, bagaimana besok aku salat subuh? Bagaimana aku membaca dalam iftitah yang bunyinya 'sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semuanya untuk Allah Rabbul'alamin. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku diperintahkan dan aku adalah salah seorang yang berserah diri'."

Begitulah Buya Hamka mengenang salatnya. Segera menyadarinya, Buya Hamka dengan tegas menolak tawaran dari pelayan hotel tersebut. Lalu menutup pintu kamarnya dan bergegas untuk beristirahat. Pagi harinya, ketika Buya Hamka melaksanakan salat subuh, beliau merasakan salatnya kali ini lebih khusyuk dan jauh lebih berkesan dari sebelumnya.

Sahabat! Begitulah cara Buya Hamka menghayati salatnya. Dari situ kita belajar bahwa kekhusyukan salat itu harus diupayakan tidak hanya pada saat sedang salat, tetapi juga saat di luar salat. Lihatlah, bagaimana Buya Hamka betul-betul menghayati salatnya sehingga saat di luar salat pun jiwa dan raganya tetap terbentengi dari melakukan perbuatan keji dan mungkar.

Maka, benarlah apa yang difirmankan Allah bahwa salat itu dapat mencegah diri kita dari melakukan perbuatan keji dan mungkar sebagaimana di dalam ayat di atas tadi (QS. Al-'Ankabut (29) ayat 45. Mungkin kita bertanya, kenapa ada orang yang salat tapi tetap bermaksiat? Kita pun menjadi tahu jawabannya. Bahwa bukan salatnya yang salah, tapi kitanya saja yang tidak menghayati salat kita dengan sebenar-benarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun