Muhammad Chirzin lahir di Yogyakarta pada 15 Mei 1959. Muhammad Chirzin merupakan Guru Besar Tafsir Al-Qur’an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kepakarannya di bidang tafsir sudah tak diragukan lagi. Lebih dari 50 karya tentang studi ilmu-ilmu Al-Qur’an dan tafsir lahir dari tangan emasnya.
Di samping seorang akedemisi, Muhammad Chirzin juga merupakan sosok ulama yang aktif sebagai pengurus MUI Kota Yogyakarta. Sejauh yang saya kenal, beliau adalah sosok akademisi dan ulama yang sederhana, rendah hati, dan produktif dalam menulis.
Pertama kali saya bertemu beliau yaitu ketika kuliah S-1 di Fakultas Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Saya pernah mengambil mata kuliah yang diampu oleh beliau, yaitu Pelajaran Tafsir KH Ahmad Dahlan. Rasa-rasanya, itulah pengalaman pertama kali saya diajar oleh seorang Professor.
Pertemuan pertama dengan Prof Muhammad Chirzin itu langsung membuat saya “jatuh cinta” dengannya. Beliau sangat inspiratif. Saat mengikuti kelasnya, banyak hal-hal baru yang kita dapat, di samping pelajaran tafsir. Di sela-sela mengajar tafsir, beliau juga kadangkala menyelipkan nasihat dan motivasi yang menggugah jiwa, baik itu tentang Al-Qur’an, kehidupan, maupun tentang menulis.
Saya berkesempatan bertatap muka di kelas dengan beliau hanya satu semester saja. Meskipun tidak lagi bertemu di kelas, beberapa kali saya juga berkesempatan bersilaturahmi langsung ke rumah beliau.
Pada tahun 2017, saya melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di sinilah penulis berkesempatan lagi menimba ilmu dengan beliau. Dan pada tahun 2019, saya sangat bersyukur, dapat menyelesaikan Tesis S-2 di bawah bimbingan beliau.
Sebelumnya saya tak menduga, kaprodi memilih beliau untuk menjadi pembimbing Tesis saya. Tentu saya merasa senang, dapat bimbingan langsung dari dosen favorit semasa kuliah S-1 dulu. Terima kasih, Prof, atas ilmu dan bimbingannya. Jazakallahu khairan katsiran.
Cara Prof Muhammad Mengabadikan Hidup
Saat kuliah, Prof Muhammad Chirzin sering memotivasi mahasiswanya untuk menulis. Terus terang, minat saya dengan dunia menulis ini adalah berkat dorongan beliau. Sejak saat kuliah S-1 dulu beliau selalu mendorong kami untuk menulis, maka sejak saat itu pulalah penulis sangat berhasrat hendak mengasah bakat menulis ini. Alhamdulillah, sampai sekarang pun saya masih terus mengasah bakat menulis ini.
Menulis, bagi Prof Muhammad Chirzin, adalah perjuangan menuju keabadian. Begitulah cara Prof Muhammad Chirzin mengabadikan hidupnya. Hal ini beliau buktikan dengan menghasilkan banyak karya. Di awal sudah saya katakan, bahwa saat ini beliau sudah menghasilkan lebih dari 50 karya buku.