Sebagian orang menganggap, menulis itu tak mudah. Ya, saya juga mengakui itu. Menulis, bagi saya, butuh perjuangan yang ekstra. Menyusun satu kalimat saja, kita harus berjuang dan berpikir keras. Belum lagi melawan berbagai keraguan yang menghambat untuk menulis. Memang benar, sementara orang berkata, menulis itu pekerjaan yang menantang, sehingga membutuhkan keberanian.Â
Itu di antara momok yang menakutkan dalam menulis. Tak jarang, momok-momok tersebut kemudian membikin kapok orang untuk menulis, lebih-lebih lagi bagi seorang penulis pemula. Saya sendiri, memang masih pemula dalam dunia tulis menulis ini. Pengalaman-pengalaman saya dalam menulis pun demikian. Seringkali dihantui dalam menulis. Tapi, alhamdulillah, sampai sekarang saya belum kapok menulis.
Dalam kesempatan ini, sebagai seorang penulis pemula, saya ingin berbagi tips kepada sesama penulis pemula pula, bagaimana menjaga semangat dalam menulis. Saya kira ini penting untuk diutarakan. Sebab, semangat itu masuk dalam salah satu bagian the power of writing. Semangat itulah yang menggerakkan kita untuk terus menulis. Berdasarkan pengalaman saya dalam menulis, inilah tips saya dalam menjaga semangat menulis:
Pertama, memasang niat yang baik dalam hati. Niat ini penting sekali. Niat inilah yang memberi kekuatan dalam diri kita untuk menghasilkan karya tulis. Niat senantiasa mendorong dan menjaga semangat kita dalam menulis. Ketika kita dalam masa-masa down dalam menulis, maka diingat-ingat kembali, what is your intention to write? Apa niat kita menulis? Nah, di sinilah pentingnya kita menyusun niat. Atau dalam kalimat lain, apa tujuan kita menulis?
Misalnya, menulis dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, menulis untuk mengikat ilmu, menulis untuk menebarkan ilmu, menulis untuk beramal saleh, menulis untuk kemanfaatan, menulis untuk keabadian, dan lain-lain. Pasanglah niat-niat yang baik itu dalam menulis. Maka, ketika kita mengingat-ingat kembali niat-niat itu, kita akan hadir dan terdorong lagi semangat untuk menulis. Ingat, niat itu akan mengantarkan kita kepada apa yang telah kita niatkan. Berniatlah yang baik-baik dalam melakukan sesuatu pekerjaan.
Kedua, terus menulis. Saya ingin mengatakan, apa pun yang terjadi, teruslah menulis. Dengan membiasakan diri untuk menulis, kemampuan menulis kita akan semakin terasah. Nah, kalau sering diasah, sebagaimana pisau, maka kemampuan menulis kita pun akan semakin tajam. Saya sendiri merasakannya. Itulah sebabnya saya katakan teruslah menulis. Tidak perlu khawatir dengan hasilnya, bagus apa tidak, yang penting selesai. Sebab, beberapa penulis hebat selalu mengatakan, tulisan yang baik itu adalah tulisan yang selesai.Â
Dengan demikian, keraguan-keraguan kita dalam menulis akan hilang. Sebab, kita telah terlatih dan terbiasa. Kemampuan kita terus meningkat. Boleh jadi, kita kapok menulis, karena kita tak memiliki cukup kemampuan. Lalu bagaimana kemampuan akan meningkat, jika kita tidak punya keberanian untuk menulis? Kita harus berani. Itulah tantangan bagi kita saat mendeklarasikan diri ingin menjadi penulis. Tidak boleh tidak, penulis harus berani.
Menulis itu bukan soal bakat. Tapi, menulis adalah soal kesadaran dan kemauan. Bakat itu bukan suatu keahlian yang muncul sejak lahir, tapi bakat itu adalah kesabaran dan ketekunan yang lama. Itulah yang selalu dipesankan dosen saya dulu saat memotivasi mahasiswanya di kelas. Jadi, kita tak perlu mengeluh soal bakat. Semua orang berbakat, asal ia mau bersabar dan tekun melakoni apa yang ia impikan itu.
Ketiga, mengetahui manfaat menulis. Atau dalam bahasa lainnya mengetahui the power of writing. Dengan mengetahuinya, semangat menulis kita akan tetap terjaga bahkan bisa bertambah berkali lipat. Kita perlu mencari tahu, apa saja the power of writing itu. Tapi, setiap orang boleh jadi berbeda-beda merasakan energi menulis itu. Tergantung pengalaman dan penghayatan masing-masing penulis.
Manfaat Menulis Menurut Ahmad Fuadi
Di sini akan saya tuliskan beberapa manfaat menulis menurut Ahmad Fuadi. Tentu kita semua tahu siapa Ahmad Fuadi itu? Bagi yang pernah membaca novel Negeri 5 Menara atau menonton film Negeri 5 Menara, pasti kita tahu Ahmad Fuadi. Ya, dialah pengarang dari novel tersebut. Kemudian novel tersebut diadaptasi menjadi sebuah film.
Di antara the power of writing itu adalah:
Pertama, Ahmad Fuadi mengatakan bahwa tulisan lebih kuat dari peluru. Peluru itu mematikan, dalam hitungan detik dia bisa mematikan. Sementara tulisan, dia lebih kuat bukan karena dapat mematikan, justru dia kuat karena menghidupkan dan memiliki efek dalam jangka waktu yang lama sekali. Tembakan ide-ide dan perasaan si penulis lewat tulisannya itu mampu menembus batas kehidupan para pembaca. Oleh sebab itu, tulisan lebih kuat dari peluru. Tulisan akan menjadi amal jariyah bagi penulis. Tulisan adalah amalan yang terus hidup, meskipun penulisnya telah meninggal dunia.
Kedua, Ahmad Fuadi menuturkan bahwa tulisan adalah karpet terbang. Dengan tulisan, penulisnya akan dibawa terbang ke mana-mana. Ahmad Fuadi mengatakan, karya tulisnya itulah yang mengantarkan ia dapat berkeliling ke 50 negara. Boleh jadi kita semua juga punya mimpi untuk berkeliling ke luar negeri. Ayo, sama-sama kita awali mimpi itu dari menulis. Bismillah.
Ketiga, Ahmad Fuadi menuturkan bahwa tulisan bisa pindah medium. Tulisan itu memiliki kekuatan untuk pindah medium. Misalnya, tulisan masuk menjadi film, lagu, komik, dan sebagainya. Dengan berpindah medium itu, maka akan membuat ide-ide kita menjadi lebih jauh daya jangkaunya. Semakin jauh daya jangkauannya, maka semakin besar pula manfaat dari tulisan kita itu.Â
Itulah di antara the power of writing. Semoga, dengan tips-tips yang saya tuliskan di atas, dapat menjadi semangat kita untuk terus menulis dan menghasilkan karya. Saya juga berdoa, semoga saya dan kita semua, menjadi penulis profesional, produktif, inspiratif, dan bermanfaat bagi orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI