Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

If You Fail to Plan, You Plan to Fail

16 Januari 2025   07:45 Diperbarui: 16 Januari 2025   07:43 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Merencanakan Kesuksesan (Sumber: Meta AI)

Kini kita sudah memasuki tahun baru 2025. Di tahun yang baru, harus ada spirit baru. Spirit untuk terus memperbaiki diri menjadi insan yang lebih baik. Sebab, beruntunglah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. Sebaliknya, rugilah orang yang hari ini tidak lebih baik dari hari kemarin, bahkan orang yang kondisi hari ini sama dengan hari kemarin pun tergolong dalam kerugian.

Tahun baru adalah sebuah momentum. Momentum untuk menata kembali semangat dan gerak langkah dalam menyongsong kehidupan. Menyusun strategi untuk meraih capaian-capaian yang diimpikan, baik itu yang sifatnya jangka pendek maupun jangka panjang. Sebab, jika kita gagal merencanakan, maka itu tandanya kita sedang merencanakan kegagalan. Ingat! If you fail to plan, you plan to fail.

Tahun lalu harus menjadi bahan evaluasi. Tujuannya adalah untuk melihat dan mengetahui siklus kehidupan yang terjadi selama setahun lalu. Setelah mengetahui di mana letak kekurangan-kekurangan ataupun kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam diri kita, langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan dengan strategi yang telah direncanakan. Kunci keberhasilan dalam merealisasikan rencana-rencana tersebut adalah tekad, kesungguhan, dan komitmen yang kuat.

Al-Qur’an pun mengingatkan kita supaya membuat perencanaan dalam hidup. Sebagaimana dinyatakan: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”, (QS. 59: 18).

Di samping itu, Al-Qur’an juga mengingatkan kita supaya mampu mengelola waktu. Sebagaimana dinyatakan: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”, (QS. 103: 1-3).

QS. Al-‘Ashr (103) ini memiliki kaitan erat dengan QS. At-Takātsur (102). Hasibi Ash-Shiddieqy menyebutkan bahwa dalam QS. At-Takātsur (102) diterangkan keadaan manusia yang berlomba-lomba mencari harta dan kemegahan, serta semua hal yang melalaikan mereka untuk mengingat Allah SWT. Sementara dalam QS. Al-‘Ashr (103) ini diterangkan bahwa tabiat manusia mendorong mereka menuju kepada kebinasaan, kecuali orang yang mendapatkan pemeliharaan dari Allah SWT.

Dalam QS. At-Takātsur (102), juga disebutkan Hasibi Ash-Shiddieqy, diterangkan tentang sifat orang yang mengikuti hawa nafsu. Sementara dalam QS. Al-‘Ashr (103) ini diterangkan tentang sifat orang yang bertabiat baik, yaitu beriman kepada Allah SWT, beramal saleh, dan senantiasa menganjurkan orang untuk tetap berpegang kepada kebenaran dan senantiasa bersabar dalam menghadapi cobaan.

Melalui QS. Al-‘Ashr (103) ini Allah SWT mengingatkan bahwa betapa pentingnya waktu itu. Jangan sampai manusia dilalaikan dengan kesibukan mencari harta dan kemegahan. Jika manusia dilalaikan dengan hal yang demikian itu, maka seluruh waktunya akan tersita, sehingga tak memiliki waktu untuk mengingat Allah SWT, beramal saleh, dan mengajak orang kepada kebaikan. Mereka itulah yang dikatakan dalam QS. Al-‘Ashr (103) sebagai manusia yang merugi.

Mengomentari QS. Al-‘Ashr (103), Imam Asy-Syafi’i berkata: “Seandainya manusia mencermati surat ini secara seksama, niscaya surat ini akan mencukupi mereka”. Sementara Hasan Al-Bashri pun mengatakan bahwa waktu adalah kehidupan. Dengan demikian, jika waktu adalah kehidupan, maka menyia-nyiakan waktu sama dengan kematian. Orang yang memanfaaatkan waktu adalah orang yang memiliki kontribusi untuk kehidupan.

Manusia yang beruntung adalah manusia yang mau memperhatikan dan mengimplementasikan QS. Al-‘Ashr (103) dalam kehidupannya. Spirit QS. Al-‘Ashr (103) mendorong manusia untuk hidup sebagai pribadi yang bermanfaat, tidak sekadar bermanfaat bagi diri, tapi juga bagi orang lain. Pribadi bermanfaat menurut QS. Al-‘Ashr (103) tersebut adalah mereka yang beriman, beramal saleh, dan saling mengajak orang kepada kebenaran serta kesabaran.

Oleh sebab itu, mumpung masih dalam momentum tahun baru ini, kita perlu menyiapkan strategi dan langkah-langkah untuk kehidupan yang lebih baik berbasis pada nilai-nilai universal QS. Al-Hasyr (59) ayat 18 dan QS. Al-‘Ashr (103) ayat 1-3 tersebut. Perlu juga kita ingat bahwa hidup di dunia ini hanya sekali, jangan sampai hidup yang sekali ini menjadi penyesalan di kemudian hari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun