Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada. Buku Solo: 1. Di Bawah Renungan Al-Qur'an (2017). 2. The Good Muslim: Menjadi Muslim Berjiwa Kuat, Berakhlak Dahsyat, Berpribadi Hebat, dan Hidup Bermanfaat (2024). Buku Antologi: 1. IMM di Era Disrupsi: Membaca Kecenderungan Baru Gerakan (2022). 2. Kembali Berjuang (2023). 3. Mumpung Masih Muda: Spesial Quotes About Youth (2023).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Al-Qur'an Sampai ke Ujung Nyawa

14 Januari 2025   17:50 Diperbarui: 14 Januari 2025   17:44 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Membaca Al-Qur'an (Sumber: Dakwahpost.com)

Adalah suatu kebahagian bagi mereka yang terus bersama Al-Qur’an hingga maut datang menjemput. Bayangkan saja, ketika detik-detik ajal akan tiba, sementara lisan mereka masih basah dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. 

Sungguh, akhir hidup yang indah. Kadang, kita iri melihatnya. Iri di sini bukan dalam arti berharap nikmat itu dicabut darinya. Tapi, iri di sini adalah rasa takjub dan kita berharap ingin seperti mereka.

Tentu, iri yang seperti ini boleh bahkan sangat dianjurkan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Tidak boleh iri, kecuali kepada dua jenis orang, yaitu orang yang diberi pengetahuan tentang Al-Qur’an oleh Allah dan diamalkannya sepanjang malam dan siang; dan orang yang dianugerahi Allah harta, lalu ia menafkahkannya sepanjang malam dan siang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalau kita kutip perkataan ulama yang mengatakan: “Jika Anda ingin berbicara dengan Allah, maka berdoalah. Dan jika Anda ingin Allah berbicara dengan Anda, maka bacalah Al-Qur’an”, maka sungguh indah kematian mereka yang di ujung nyawanya masih melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Bilamana saat-saat ajal datang menjemput, Allah sedang berbicara dengan mereka. Hal itu benar-benar kematian yang dirindukan banyak orang.

Ada satu kisah inspiratif yang diceritakan oleh Buya Hamka tentang hal ini. Kisah itu dituturkan Buya Hamka saat menafsirkan QS. At-Tīn (95) ayat 6 dalam Tafsir Al-Azhar. Berikut saya kutip ayatnya di bawah ini:

"... kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At-Tīn/ 95: 6)

Dalam menafsirkan ayat di atas, Buya Hamka banyak berbicara tentang ardzalil ‘umur, yaitu kondisi badan yang sudah tua nyanyuk, pikun tidak tahu apa-apa lagi. Nah, dalam konteks inilah Nabi mengajarkan satu doa kepada kita agar Allah tidak mengembalikan kita kepada umur yang sangat tua dan pikun itu. 

Adapun doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW itu adalah:

"Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau daripada bakhil dan pemalas, tua dan kembali pikun, dan daripada siksa kubur dan fitnah Dajjal, serta fitnah hidup dan fitnah mati.” (HR. Bukhari dari Anas bin Malik)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun