Di era sekarang, aktivitas membaca maupun menulis bisa kita lakukan kapan saja dan di mana saja. Asal satu, gawainya tidak ketinggalan. Dengan gawai, Anda bisa membaca buku digital dalam format PDF dan bisa juga menulis di berbagai platform media atau aplikasi catatan lainnya.
Pagi ini sekitar pukul 10.00 WIB saya berada di bengkel motor. Bengkelnya tak jauh dari rumah. Motor yang selalu saya gunakan untuk beraktivitas tidak bisa dinyalakan. Berulang kali saya coba menyalakan sendiri, tapi tetap tidak bisa. Akhirnya, saya memutuskan untuk membawanya ke bengkel.
Tiba di bengkel, mekaniknya langsung mengecek kondisi motornya. Setelah dicek, ternyata ada masalah di tangki bensinnya. Tangkinya berkarat sehingga aliran bensinnya jadi tersendat. Karatan bagian dalam tangkinya lumayan banyak juga. Jadi, tangkinya saya minta diganti baru saja.
Saya pun menunggu beberapa jam sampai motor saya siap dikerjakan. Sembari menunggu, saya pun membuka gawai. Membaca beberapa artikel di Kompasiana.com, lalu saya menulis artikel yang sedang Anda baca ini.
Saya berupaya untuk tidak membuang waktu secara percuma. Maka, waktu menunggu di bengkel itu saya gunakan untuk membaca atau menulis. Saya teringat perkataan dua tokoh besar Islam, di antaranya:
Pertama, Ibnu Ma’ud berkata:
“Tiada yang pernah aku sesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, waktuku berkurang, namun amalku tidak bertambah.”
Kedua, Hasan Al-Bashri berkata:
“Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya."
Nah, sebegitu pentingnya kita memperhatikan waktu. Melalaikan waktu bisa jadi tanda bahwa Allah sedang berpaling dari kita. Kalau Allah sudah berpaling, bisa kacau urusan kita. Maka, membaca dan menulis adalah salah satu upaya kita untuk tidak terjebak pada melalaikan waktu.
Saya kira, teman-teman Kompasianer juga begitu, selalu menyempatkan diri untuk membaca dan menulis. Saya yakin, bagi Kompasianer, membaca dan menulis sudah menjadi habitus, bahkan bisa jadi sebagai kebutuhan.
Membaca dan menulis, kalau bisa, menjadi laku sepanjang hayat. Banyak kita saksikan mereka yang usianya 80 -an tahun masih aktif menulis. Nggak perlu jauh-jauh, salah satunya adalah Pak Tjiptadinata Effendi. Pada 21 Mei 2025 nanti, beliau akan berusia 82 tahun. Beliau penulis aktif di Kompasiana.
Setiap hari beliau menulis dan setiap hari juga saya membaca artikel beliau di Kompasiana sejak bergabung di platform menulis ini. Dan beliau tak sungkan juga sesekali memberi komentar dan apresiasi terhadap artikel yang saya tulis di Kompasiana. Beliau benar-benar menginspirasi kita untuk terus menulis . Usia bukan hambatan untuk tetap produktif menulis. Semoga kita bisa mengikuti jejak beliau.
Maka, tak ada alasan bagi kita yang masih relatif muda-muda ini untuk tidak membaca dan menulis. Terus berkarya dan mengukir hidup yang berarti. Mumpung masih muda, berkaryalah sebanyak-banyaknya sehingga bila kita pergi dari dunia yang fana ini ada banyak jejak kebaikan yang kita tinggalkan.
Selamat berkarya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H