Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghitung Kebaikan Allah

11 Januari 2025   06:10 Diperbarui: 11 Januari 2025   06:04 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Alam (Sumber: Meta AI)

“Tidak bolehkan aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?”.

Nah, sekarang bagaimana dengan kita? Kita ini bukan nabi, bukan rasul, dosa melimpah, surga belum jelas, tapi masih malas-malasan mengerjakan shalat. Jangankan shalat-shalat nafilah, shalat wajib pun masih sering lalai. Syukurkah itu namanya?

Di dalam Al-Qur’an banyak sekali dikisahkan bagaimana kesudahan orang-orang yang kufur nikmat itu. Mereka mendapatkan azab dari Allah. Misalnya, azab yang ditimpakan pada umat Nabi Musa, sebagaimana yang dikisahkan Al-Qur’an:

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: ‘Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah’. Dia (Musa) menjawab: ‘Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta’. Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS. 2: 61) 

Itulah gambaran orang-orang yang kufur terhadap nikmat Allah. Padahal telah Allah sediakan bagi mereka kehidupan yang nyaman, makanan yang baik, menyenangkan, dan bermanfaat. Akan tetapi, anugerah nikmat yang ada itu tidak mereka syukuri. Itulah ciri dari kerendahan diri mereka: kufur nikmat. 

Bahkan, nabi-nabi yang diutus untuk menuntun mereka kepada jalan yang benar pun habis dibunuh. Benar-benar perbuatan yang biadab dan melampaui batas. Maka, wajar azab yang hina itu ditimpakan kepada mereka.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran (ibrah) atas peristiwa ini. Ingatlah peringatan Allah ini:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. 14: 7)

Menghadirkan Sifat Qanaah

Orang yang tidak mensyukuri nikmat itu selalu merasa kurang. Tidak puas dengan apa yang telah dimiliki. Seperti kata kebanyakan orang, dikasih hati minta jantung.

Makanya, hidup itu jangan selalu mendongak ke atas, tapi sesekali tengoklah ke bawah. Kita merasa hidup kita sajalah yang paling susah, padahal kalau kita lihat ke bawah lebih banyak lagi orang yang susah dari kita. Toh, mereka tetap bersyukur. Hidup bersahaja, merasa cukup (qanaah) atas segala yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun