Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Sepotong Roti: Menjadi Manusia Bertauhid

5 Januari 2025   17:30 Diperbarui: 5 Januari 2025   17:22 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Oh, kalau gitu dipotong secara adil aja, ayah”, jawab sang anak.

Sang anak pun mengukur rotinya dengan menggunakan susunan jari-jemarinya. Sang ustaz menahan tawanya saat melihat tingkah konyol anaknya yang sedang mengukur roti dengan menyusun jari-jemarinya itu.

“Sudah, sudah, sudah. Tidak perlu kamu potong roti itu, nak. Ini ayah punya sekantong roti. Silahkan dibagi-bagi, ya, ke teman-temanmu”, kata sang ayah yang tidak tega melihat tingkah konyol anaknya itu.

Sang anak pun menerimanya dengan penuh kegirangan. Segera sang anak bergegas berlari mendatangi teman-temannya untuk memberikan roti dari ayahnya itu.

Pesan Moral Kisah

Sahabat! Demikianlah sepotong kisah tentang sepotong roti yang memuat pesan-pesan moral yang sangat kuat. Dari kisah di atas, kita belajar bagaimana cara berakhlak kepada Allah dan cara berakhlak kepada sesama manusia. Berakhlak kepada Allah dengan syukur. Sementara berakhlak kepada sesama manusia dengan saling menyayangi.

Senang berbagi adalah bentuk kasih sayang kita kepada sesama manusia. Di samping itu, dari kisah di atas juga, kita diajari oleh sang ustaz tentang bagaimana pola pendidikan Islam dalam mendidik anak. Benar-benar kita memperoleh pelajaran yang sangat berarti dalam hal mendidik anak.

Dalam hadis Nabi pun disebutkan, bahwa tidak bertauhid seseorang itu jika kita kenyang sementara tetangga kita lapar. Hal yang demikian itu menunjukkan bahwa orang yang bertauhid itu adalah mereka yang dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaannya sama-sama baik.

Inilah keindahan ajaran Islam, selalu mengedepankan keseimbangan dan keharmonisan. Maka, tak heran jika umat Islam disematkan Al-Qur’an sebagai ummatan wasathan, yaitu moderat, adil, dan pilihan, (QS. 2: 143).

Orang Islam itu, sebagaimana dikatakan dalam hadis Nabi, adalah orang yang Muslim lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya.

Begitu juga dalam hadis lain dikatakan bahwa:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun