“Oh, kalau gitu dipotong secara adil aja, ayah”, jawab sang anak.
Sang anak pun mengukur rotinya dengan menggunakan susunan jari-jemarinya. Sang ustaz menahan tawanya saat melihat tingkah konyol anaknya yang sedang mengukur roti dengan menyusun jari-jemarinya itu.
“Sudah, sudah, sudah. Tidak perlu kamu potong roti itu, nak. Ini ayah punya sekantong roti. Silahkan dibagi-bagi, ya, ke teman-temanmu”, kata sang ayah yang tidak tega melihat tingkah konyol anaknya itu.
Sang anak pun menerimanya dengan penuh kegirangan. Segera sang anak bergegas berlari mendatangi teman-temannya untuk memberikan roti dari ayahnya itu.
Pesan Moral Kisah
Sahabat! Demikianlah sepotong kisah tentang sepotong roti yang memuat pesan-pesan moral yang sangat kuat. Dari kisah di atas, kita belajar bagaimana cara berakhlak kepada Allah dan cara berakhlak kepada sesama manusia. Berakhlak kepada Allah dengan syukur. Sementara berakhlak kepada sesama manusia dengan saling menyayangi.
Senang berbagi adalah bentuk kasih sayang kita kepada sesama manusia. Di samping itu, dari kisah di atas juga, kita diajari oleh sang ustaz tentang bagaimana pola pendidikan Islam dalam mendidik anak. Benar-benar kita memperoleh pelajaran yang sangat berarti dalam hal mendidik anak.
Dalam hadis Nabi pun disebutkan, bahwa tidak bertauhid seseorang itu jika kita kenyang sementara tetangga kita lapar. Hal yang demikian itu menunjukkan bahwa orang yang bertauhid itu adalah mereka yang dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaannya sama-sama baik.
Inilah keindahan ajaran Islam, selalu mengedepankan keseimbangan dan keharmonisan. Maka, tak heran jika umat Islam disematkan Al-Qur’an sebagai ummatan wasathan, yaitu moderat, adil, dan pilihan, (QS. 2: 143).
Orang Islam itu, sebagaimana dikatakan dalam hadis Nabi, adalah orang yang Muslim lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya.
Begitu juga dalam hadis lain dikatakan bahwa: