Dua hal yang nggak patut diremehkan, yaitu meremehkan kebaikan dan meremehkan kejahatan.
Untuk kita yang kerapkali meremehkan kebaikan-kebaikan kecil, ketahuilah bahwa Allah pasti akan membalasnya. Kecil di mata manusia, tapi belum tentu di sisi Allah.
Begitupun kejahatan. Jangan pernah meremehkan kejahatan kecil yang dilakukan. Ketahuilah, sekecil apa pun kejahatan yang kita lakukan,niscaya akan mendapatkan balasannya.
Menyingkirkan duri dari jalan, kelihatannya perbuatan sepele, tapi sangat besar dampaknya bagi keselamatan orang yang melewati jalan itu. Itulah kebaikan, sekecil apa pun ia sangat berarti.
Sebaliknya kejahatan. Sekecil apa pun kejahatan yang dilakukan, maka sekali-kali jangan meremehkannya. Sebab, bagaimana pun kecilnya kejahatan itu, niscaya ia akan mendatangkan kemudharatan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Al-Qur'an menyebutkan:
"Faman ya'mal mitsqāla dzarratin khayran yarahu. Wa man ya'mal mitsqāla dzarratin syarran yarahu."
"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS. 99: 7-8)
Jika kita resapi secara mendalam, ayat ini sesungguhnya mendorong agar kita selalu tulus dan ikhlas dalam berbuat kebaikan.
Di saat yang sama, kita juga merasa bahwa Allah senantiasa mengawasi pergerakan kita. Dengan demikian, kapan pun dan di mana pun kita berada, kita akan terpelihara dari melakukan kejahatan.
Sebab, kita meyakini bahwa Allah selalu menyertai kita. Orang yang senantiasa menyertakan Allah dalam setiap gerak langkahnya, mustahil melakukan kejahatan.
Kita sering mendengar hadis Rasulullah SAW yang disampaikan oleh para guru, ustaz, kiyai, ulama, dan sahabat-sahabat saleh kita bahwa kebaikan itu istimewa.
Istimewanya kebaikan itu adalah saat masih dalam tataran niat pun kita sudah mendapatkan pahala, apalagi jika kebaikan itu sudah dikerjakan niscaya akan bertambah lagi pahalanya.
Sedangkan keburukan, jika masih dalam tataran niat, maka Allah belum mencatatnya sebagai keburukan. Allah akan mencatatanya sebagai suatu keburukan jika kita telah mengerjakan keburukan tersebut.
Jika membaca kandungan hadis tersebut, kita menyadari betapa baiknya Allah kepada kita. Kita berniat melakukan kebaikan saja sudah dicatat pahalanya.
Sebaliknya, niat jahat yang terlintas dalam benak kita, belum dicatat Allah sebagai keburukan. Itu artinya, Allah tidak menginginkan kita terjerumus dalam keburukan. Allah masih memberikan kita kesempatan agar membatalkan niat jahat tersebut dengan tidak mengerjakannya.
Sebab, Allah tahu bahwa keburukan yang kita lakukan niscaya akan mencelakakan diri kita sendiri. Lihatlah, betapa sayangnya Allah kepada kita. Oleh sebab itu, berbuat baiklah, agar Allah bertambah sayang kepada kita.
Maka, waspadalah. Jangan biarkan nafsu jahat menguasai diri kita. Oleh sebab itu, perbanyaklah dzikrullah (mengingat Allah).
Orang-orang yang senantiasa berzikir kepada Allah niscaya mereka akan terbentengi dari segala bentuk perbuatan jahat, maksiat, dan dosa.
Al-Qur’an menyeru:
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. 33: 41)
Dalam ayat lain:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. 13: 28)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H