Sebagai insan, manusia menyadari bahwa setiap kebaikan akan mendapatkan balasan yang baik. Demikian juga sebaliknya, setiap kejahatan akan dibalas dengan yang semisalnya.
Maka, sebagai insan, akal pikiran dan hati nurani haruslah diaktivasi.
Manusia adalah makhluk sosial (nas). Jika kita hidup hanya untuk memuaskan nafsu syahwat individu saja, maka saat itu fitrah kemanusiaan kita hilang.
Manusia harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Berkasih sayang antar sesama, saling tolong menolong dalam kebaikan, saling peduli dan memberi perhatian.
Itulah wujud manusia sebagai nas. Manusia yang cenderung menuruti hawa nafsunya saja, tidak ada bedanya dengan binatang.
Maka, jangan bangga punya fisik sempurna tapi biadab.
Maka, jangan bangga dengan keintelektualitasan, tapi individualistis.
Jika unsur-unsur kemanusiaan itu semua tidak melengkapi dalam diri yang namanya manusia, maka ganti saja kepalanya dengan kepala binatang.
Maka, saat itulah manusia dari ahsani taqwim (sebaik-baik bentuk) berganti menjadi asfala safilin (posisi paling hina). Na'udzubillah min dzalik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H