Orientalisme adalah studi pengetahuan yang dilakukan oleh para ahli dari Eropa, baru-baru dari negara-negara berkembang, tentang budaya, agama, dan sejarah Islam.
Orientalis dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok moderat (non-skeptis) dan kelompok skeptis. Kelompok moderat mempelajari keilmuan timur dan keislaman secara ilmiah, jujur, dan moderat dalam memberikan penilaian, sementara kelompok skeptis cenderung meragukan kebenaran ajaran Islam. Orientalis moderat terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang berpegang teguh dalam penelitiannya dengan prinsip keilmuan dan kelompok yang senantiasa berkomitmen terhadap keilmuan. Beberapa tokoh orientalis yang termasuk dalam aliran orientalis moderat kelompok pertama antara lain Reenan Jenny Piere, Carl Leil, dan Tolstoy. Sedangkan orientalis moderat kelompok kedua, yang merupakan orang-orang yang mendapat hidayah mereka, antara lain Lord Headly, Ethan Deneeh, dan Dr. Greeneh[1].
Referensi:
[1] http://santriadvn.blogspot.com/2017/10/gambaran-umum-kajian-orientalisme-dalam.html?m=1
[2] https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/97406410605897776
[3] https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/download/32/34
[4] https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/una/article/download/15297/pdf
[5] https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/mudabbir/article/download/4484/1912/12504
Tokoh Orientalis yang Bertentangan dengan Agama Islam
Beberapa tokoh orientalis yang bertentangan dengan agama Islam meliputi:
1. Ignatius Goldziher: Goldziher merupakan guru besar orientalis dan menulis buku yang berisi pendapat terhadap Islam. Dalam bukunya, dia menyebutkan agama Islam sebagai aliran yang negatif[2].
2. Voltaire: Voltaire termasuk seorang orientalis yang menghina Nabi Muhammad dan agama Islam. Dalam penelitiannya, dia menemukan bahwa Nabi Muhammad dan umat Islam melakukan hal-hal yang menghina mereka[7].
3. Thomas Arnold dan William Muir: Keduanya merupakan salah satu tokoh orientalis yang menyebutkan agama Islam sebagai aliran yang primitif dan bersifat sakit[6].
4. Max Weber: Weber menyatakan bahwa agama Islam tidaklah pengaruh besar di dunia modern, karena kehilangan pada kehidupan politik, ekonomi, dan sosial[6].
5. Friedrich Nietzsche: Nietzsche menyebutkan agama Islam sebagai "Anti-Christ" dan melacakan agama Kristen sebagai kekuatan yang baik[6].
Pandangan-pandangan ini menunjukkan bahwa beberapa tokoh orientalis memiliki pemahaman yang bertentangan tentang agama Islam dan sering menyebutkan agama Islam sebagai aliran yang negatif atau primitif. Namun, perlu diingat bahwa konteks dan pemahaman yang mendalam dalam penelitian ini mungkin tidak cukup untuk mengevaluasi agama Islam secara akurat dan objektif.