Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bisnis Law

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Transformasi PIK, Dari kecemburuan Sosial Menuju Destinasi Wisata Religi dan Pusat Haji Umroh

1 Februari 2025   08:48 Diperbarui: 1 Februari 2025   08:48 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara Tabung Haji  (Tabung haji Building) Kuala Lumpur Malaysia , salah satu Aset Tabung haji Malaysia sejenis BPKH  (Foto Kompasiana).

Oleh : H.Abdul Wahid Azar,SH.,MH. (Pengurus Pusat Ikatan Persaudaran Haji Indonesia (IPHI).

Assalamu Alaikum Wr.Wb.

PIK dan Isu Kecemburuan Sosial

Pantai Indah Kapuk (PIK) selama ini dikenal sebagai kawasan eksklusif dengan mayoritas penghuninya berasal dari komunitas Tionghoa, memiliki perumahan premium, pusat perbelanjaan mewah, dan infrastruktur modern. Namun, dominasi ini sering kali memunculkan kecemburuan sosial di kalangan masyarakat luas. Isu ketimpangan ekonomi, akses kepemilikan lahan, dan perbedaan latar belakang sosial menjadi perbincangan yang tidak jarang dipolitisasi.

Sebagian pihak melihat PIK sebagai kawasan yang terlalu eksklusif, sementara lainnya khawatir akan dominasi ekonomi dan sosial yang dianggap tidak seimbang yang sering dikaitkan dengan penguasaan wilayah pesisir oleh kelompok tertentu. Opini netizen pun mengarah pada kekhawatiran akan kedaulatan pantai yang tidak dikelola oleh masyarakat pribumi. Daripada terus memperdebatkan perbedaan sosial yang ada, mengapa tidak mengembangkan kawasan ini menjadi lebih inklusif? Salah satu solusi yang dapat mengakomodasi keseimbangan sosial adalah membangun destinasi wisata religi yang juga berfungsi sebagai pusat embarkasi dan debarkasi haji-umrah.

Solusi Pembangunan Wisata Religi Muslim, Menyeimbangkan Isu Sosial dan Memanfaatkan Posisi Strategis

PIK memiliki keunggulan geografis yang sangat strategis karena lokasinya yang dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta. Hal ini menjadikannya tempat yang ideal untuk dijadikan pusat keberangkatan dan kepulangan haji-umrah. Selama ini, jamaah haji dan umrah dari berbagai daerah sering menghadapi tantangan logistik, terutama bagi mereka yang berasal dari luar kota atau lansia yang harus menunggu lama di bandara atau berpindah-pindah lokasi untuk menjalani proses manasik.

Dengan membangun pusat transit haji-umrah di PIK, jamaah bisa menginap di satu kawasan sebelum keberangkatan dan setelah kepulangan mereka. Ini akan mengurangi kepadatan lalu lintas di sekitar bandara, membuat perjalanan lebih nyaman, serta mengurangi tingkat kelelahan jamaah, terutama bagi lansia. Selain itu, kehadiran fasilitas ini juga dapat menciptakan ekosistem ekonomi berbasis syariah yang berkelanjutan.

Salah satu Masjid Cheng Ho di Pasuruan Jawa Timur. (foto : Kompas.com).
Salah satu Masjid Cheng Ho di Pasuruan Jawa Timur. (foto : Kompas.com).
Konsep Wisata Religi Muslim, Membangun Ekosistem Terpadu untuk Haji dan Umrah

Transformasi PIK menjadi destinasi wisata religi tidak hanya sekadar membangun tempat ibadah, tetapi juga menciptakan ekosistem berbasis syariah yang mencakup aspek ibadah, bisnis halal, serta sektor wisata yang terintegrasi.

Sebagai simbol utama dari kawasan ini, Masjid Cheng Ho dapat menjadi ikon wisata religi yang menarik. Dengan arsitektur khas Tionghoa-Islam, masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat dakwah dan wisata religi yang menggambarkan harmoni antara budaya Islam Nusantara dan Islam Tionghoa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun