Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bisnis Law

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

SPMB 2025 dan Soft Skill Leadership Pendidikan yang Makin Link and Macth

1 Februari 2025   05:00 Diperbarui: 1 Februari 2025   05:00 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan sistem penerimaan siswa baru dari PPDB menjadi SPMB 2025 membawa angin segar dalam dunia pendidikan Indonesia. Salah satu yang paling menarik adalah diperkenalkannya jalur kepemimpinan, yang membuka peluang bagi siswa yang aktif di OSIS,

Pramuka, dan organisasi sejenis untuk masuk ke sekolah melalui jalur prestasi non-akademik.

Banyak yang mungkin mempertanyakan, mengapa kepemimpinan di OSIS atau Pramuka bisa menjadi kriteria seleksi sekolah?

Namun, jika melihat realitas dunia kerja dan perkembangan zaman, keputusan ini justru sangat relevan. Soft skill leadership telah menjadi faktor kunci dalam dunia profesional, bahkan lebih bernilai dibandingkan sekadar prestasi akademik.

Dunia Kerja Butuh Pemimpin, Bukan Sekadar Nilai Rapor

Dalam dunia profesional saat ini, perusahaan tidak lagi hanya mencari individu dengan nilai akademik tinggi, tetapi lebih menghargai mereka yang memiliki jiwa kepemimpinan, kemampuan kerja tim, serta daya adaptasi tinggi.

Keaktifan dalam organisasi seperti OSIS dan Pramuka bukan sekadar kegiatan ekstrakurikuler biasa. Ini adalah laboratorium kepemimpinan di mana siswa terlatih untuk berkomunikasi secara efektif, baik dalam menyampaikan ide maupun dalam negosiasi dengan berbagai pihak.

Selain itu, mereka belajar bekerja dalam tim, mengelola konflik, serta mengambil keputusan di bawah tekanan---keterampilan yang sangat dibutuhkan di dunia kerja dan bisnis.

Dengan memasukkan jalur kepemimpinan dalam seleksi sekolah, SPMB 2025 mulai mengakui bahwa pendidikan bukan hanya soal nilai, tetapi juga bagaimana siswa mempersiapkan diri untuk tantangan nyata di masa depan.

Era Society 5.0 Soft Skill vs. Hard Skill

Di tengah kemajuan teknologi dan otomatisasi, banyak pekerjaan berbasis hard skill yang bisa digantikan oleh kecerdasan buatan (AI), tetapi tidak dengan soft skill seperti kepemimpinan dan manajemen manusia.

Dalam era Society 5.0, lulusan yang hanya mengandalkan nilai akademik mungkin akan kesulitan bersaing. Sebaliknya, mereka yang memiliki kombinasi antara kompetensi akademik dan soft skill leadership akan jauh lebih siap menghadapi dunia kerja yang semakin dinamis.

SPMB 2025 dengan jalur kepemimpinan ini merupakan sinyal bahwa pendidikan di Indonesia mulai bergerak ke arah yang lebih adaptif terhadap kebutuhan global, bukan sekadar mempertahankan sistem berbasis angka dan ujian.

Dampak Jangka Panjang Regenerasi Pemimpin Sejak Bangku Sekolah

Lebih dari sekadar meningkatkan kualitas lulusan, jalur kepemimpinan dalam SPMB 2025 juga dapat menjadi strategi regenerasi pemimpin bangsa.

Jika selama ini kepemimpinan baru mulai ditempa di perguruan tinggi atau bahkan di dunia kerja, kini bibit-bibit pemimpin dapat dikenali dan dikembangkan sejak sekolah menengah. Ini bukan hanya tentang mencetak siswa yang pintar secara akademik, tetapi juga siswa yang visioner, berani mengambil keputusan, serta memiliki empati dan kapasitas untuk memimpin perubahan.

Dalam jangka panjang, sistem ini dapat menghasilkan lebih banyak pemimpin yang teruji sejak dini, baik di bidang bisnis, pemerintahan, maupun organisasi sosial.

Pendidikan Harus Lebih Link and Match

Kehadiran jalur kepemimpinan dalam SPMB 2025 adalah langkah maju dalam sistem pendidikan Indonesia. Ini bukan sekadar soal memberi penghargaan bagi siswa yang aktif berorganisasi, tetapi lebih dari itu, ini adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa lulusan sekolah siap menghadapi dunia nyata.

Jika diterapkan dengan benar dan tetap selektif, kebijakan ini dapat menjadi solusi bagi kesenjangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan pasar kerja.

Pendidikan tidak lagi hanya soal menghasilkan siswa yang pandai mengerjakan soal ujian, tetapi juga tentang membentuk individu yang siap memimpin dan berkontribusi nyata dalam masyarakat.

Karena pada akhirnya, nilai tinggi mungkin bisa membuka pintu, tetapi kepemimpinan dan soft skill-lah yang akan menentukan seberapa jauh seseorang bisa melangkah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun