Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bisnis Law

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

IPO Startup, Antara Peluang Emas atau Perangkap Tersembunyi Bagi Investor.

29 Januari 2025   12:35 Diperbarui: 29 Januari 2025   12:35 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Initial Public Offering (IPO) di Indonesia semakin menarik perhatian dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan masuknya berbagai startup unicorn ke bursa saham. 

IPO seharusnya menjadi momentum bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnis dengan memperoleh pendanaan dari investor publik. Namun, dalam praktiknya, tidak semua perusahaan benar-benar memanfaatkan IPO sebagai sarana pertumbuhan jangka panjang.

Banyak startup yang berhasil menggalang dana besar dari IPO, tetapi tidak sedikit pula yang mengalami penurunan tajam dalam harga saham setelahnya. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, Apakah IPO menjadi peluang pertumbuhan bisnis atau justru sekadar perangkap tersembunyi yang menggoda investor dengan ilusi profitabilitas?

Dalam kajian ini, kita akan membahas perusahaan yang berhasil IPO, startup yang rencananya IPO tetapi tersandung masalah laporan keuangan, serta bagaimana perusahaan yang telah IPO mempertahankan eksistensinya. Tak hanya itu, kita juga akan membahas pola perilaku pemegang saham besar yang mencoba "melarikan diri" setelah IPO.

Fenomena IPO di Indonesia, Harapan dan Kenyataan

Beberapa startup unicorn di Indonesia telah berhasil melantai di bursa, mengumpulkan dana besar dari investor publik. Contoh yang paling mencolok adalah Bukalapak dan GoTo (Gojek-Tokopedia). 

Bukalapak mencatat rekor IPO terbesar di Indonesia dengan mengumpulkan Rp 21,9 triliun, sementara GoTo mencapai valuasi tinggi saat IPO sebelum akhirnya mengalami tekanan besar di pasar saham.

Namun, meskipun sukses menghimpun dana, saham kedua perusahaan ini mengalami penurunan signifikan setelah IPO, menandakan adanya ketidakseimbangan antara ekspektasi investor dan realitas bisnis perusahaan. 

Bukalapak, yang awalnya memiliki harga saham Rp 850 per lembar, kini diperdagangkan di kisaran Rp 200-an. GoTo, yang saat IPO berada di Rp 400 per lembar, juga turun drastis. Hal ini menunjukkan bahwa IPO tidak selalu berarti kesuksesan jangka panjang jika tidak diiringi dengan strategi bisnis yang solid.

Kasus Fraud Laporan Keuangan (Foto : Kompas Money)
Kasus Fraud Laporan Keuangan (Foto : Kompas Money)
Skandal Laporan Keuangan dan IPO yang Gagal

Di sisi lain, ada startup yang berencana IPO tetapi tersandung skandal sebelum sempat melantai. eFishery, salah satu startup agritech terkemuka di Indonesia, baru-baru ini menghadapi dugaan pemalsuan laporan keuangan yang dilakukan oleh mantan CEO-nya. Kejadian ini menggagalkan potensi IPO mereka dan merusak kepercayaan investor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun