Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi Bisnis

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Premium di Jalan, Amburadul di Terminal, Realita Transportasi Kita

21 Januari 2025   09:10 Diperbarui: 21 Januari 2025   12:16 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Kuala Lumpur, ada sebuah terminal bus yang disebut Terminal Bersepadu Selatan (TBS). Terminal ini telah diakui sebagai salah satu terminal terbaik di kawasan Asia Tenggara. Fasilitas yang disediakan sangat lengkap, mulai dari ruang tunggu ber-AC, toilet bersih, kios makanan yang terorganisir, hingga layanan tiket online yang mudah diakses. 

Sistem keamanan yang ketat membuat penumpang tidak perlu khawatir terhadap pencopetan atau tindak kriminal lainnya. Terminal ini memiliki jurusan dalam negeri Malaysia, juga jurusan luar negeri ke Singapura dan Thailand. Terminal ini menjadi titik awal perjalanan saya dari Kuala Lumpur ke Johor Bahru, sebuah pengalaman yang mengajarkan ironi transportasi modern di tanah air kita.

Ketika saya ingin pulang ke Jakarta melalui Batam, saya melakukan perjalanan darat dari Kuala Lumpur ke Johor Bahru. Proses pembelian tiket di TBS menjadi pengalaman pertama yang meninggalkan kesan mendalam. Puluhan loket pelayanan cepat tersedia, masing-masing dilengkapi layar digital yang mencantumkan informasi lengkap,  nama bus, waktu keberangkatan, dan tujuan, disamping layanan online yang tersedia untuk mempermudah proses pembelian tiket secara fleksibel. 

Tidak seperti Terminal Pulogebang di Indonesia, di mana tiket sering kali dibeli melalui perwakilan agen dengan informasi yang minim.

Di TBS, suasana terminal ber-AC memberikan kenyamanan luar biasa, jauh dari keriuhan terminal biasa yang penuh pedagang asongan dan kebisingan. Terminal ini juga menyediakan area khusus untuk penumpang lansia dan penyandang disabilitas, serta memiliki jalur khusus untuk memudahkan pergerakan mereka. 

Area parkir bus sangat luas dan tertata rapi sesuai antrian, memberikan akses mudah dan terorganisir bagi penumpang.

Menjelang keberangkatan, saya diarahkan menuju ruang tunggu Gate 3 pemberangkatan. Area ini steril, terpisah dari penumpang lain, dan menyerupai ruang tunggu bandara yang telah disegmentasi sesuai gate keberangkatan. Tepat pukul 10.45, bus kami tiba, dan kami hanya perlu berjalan beberapa langkah menuju pintu masuk bus, tanpa harus menyeberangi jalan atau berhadapan dengan kendaraan lain. Dua petugas yang berdiri di sisi kanan dan kiri pintu masuk dengan sigap memeriksa tiket serta memastikan kami naik bus dengan aman dan nyaman.

Perjalanan dari Terminal Bersepadu Selatan (TBS) di Kuala Lumpur ke Johor Bahru memakan waktu enam jam. Bus melaju dengan tenang, tanpa kebut-kebutan atau pengereman mendadak. Sopirnya sangat profesional, memastikan kenyamanan dan keamanan penumpang menjadi prioritas utama. Ketika saya terbangun, sopir mengumumkan bahwa tujuan sudah tiba di Johor Bahru. Perjalanan yang terasa singkat, meskipun sebenarnya cukup panjang, menunjukkan kualitas layanan transportasi yang optimal.

Ironi Terminal di Indonesia

Belajar dari Malaysia yang memiliki Terminal Bersepadu Selatan (TBS), pengelolaan terminal yang profesional dengan kualitas setara bandara menjadi kunci kenyamanan penumpang. Kedisiplinan dari entitas yang menjalankan terminal sangat diperlukan untuk menciptakan sistem yang tertib dan efisien. 

Jika rakyat sendiri enggan menggunakan terminal karena ketidaknyamanan, bagaimana mungkin turis yang menjadi target pendapatan dapat tertarik menggunakannya? Kondisi ini menuntut perubahan mendasar dalam pengelolaan terminal di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun