Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) telah menjelma menjadi salah satu figur kunci dalam politik Indonesia, kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.
Tidak hanya membawa nama besar keluarganya, AHY juga memperkuat kredibilitasnya dengan latar belakang pendidikan yang mengesankan---lulusan Akademi Militer terbaik, gelar Master dari Harvard University, dan gelar Doktor dari Universitas Airlangga, Surabaya.
Dengan posisi strategis yang ia emban, AHY memiliki peluang besar untuk menghidupkan kembali warisan kebijakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), serta membawa inovasi era digital yang relevan dengan tantangan zaman.
Membangun Kembali Warisan KEK SBY
Ketika SBY menginisiasi UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, tujuannya jelas: mempercepat pembangunan wilayah melalui kawasan strategis berbasis industri, perdagangan, dan pariwisata.
Kawasan-kawasan seperti Sei Mangkei (Sumatera Utara) dan Tanjung Lesung (Banten) menjadi simbol awal keberhasilan, namun pelaksanaan UU ini menghadapi tantangan seperti infrastruktur yang terbatas, investasi yang stagnan, serta kurangnya pemberdayaan masyarakat lokal.
Dengan jabatan yang kini diemban AHY, warisan tersebut tidak hanya bisa dilanjutkan, tetapi juga diubah menjadi solusi pembangunan berbasis teknologi dan keberlanjutan. Keberhasilan UU KEK tidak lagi hanya bergantung pada regulasi, tetapi juga pada inovasi dan keberanian untuk mengatasi masalah-masalah struktural yang menghambat implementasinya.
KEK di Era Digital dan Ekonomi Hijau
Dalam era transformasi digital, KEK tidak lagi cukup menjadi pusat ekonomi berbasis manufaktur atau pariwisata konvensional. AHY memiliki visi untuk menjadikan KEK sebagai pusat inovasi berbasis teknologi, termasuk pengembangan ekosistem digital, kecerdasan buatan, dan energi terbarukan.
Sentuhan ini dapat membuka peluang baru, seperti menciptakan kawasan industri hijau yang memanfaatkan energi surya atau kawasan kreatif berbasis startup teknologi.