McCall tahu, dunia tidak membutuhkan kata-kata besar untuk meruntuhkan ketidakadilan. Dunia membutuhkan tindakan nyata, senyap namun menghancurkan.
Sebaliknya, dunia silat seperti dalam Wiro Sableng penuh warna-warni sesumbar. Para tokoh berilmu rendah mengumbar kehebatan sebelum duel. Kalingundil salah satu lawan wiro tentu dengan sesumbar akan bisa mengalahkan wiro dengan pedangnya, namun sesumbernya tidak sehebat ilmunya... hanya beberapa jurus sudah terkapar.yang akhirnya kalah hanya dengan satu jurus Wiro.Â
Namun, ini adalah pesona dunia silat---di mana sesumbar menjadi hiburan tersendiri. Wiro, meski sering sembrono, memahami bahwa kehebatan sejati tidak diumbar, melainkan ditunjukkan lewat tindakan. Pesannya jelas: sesumbar adalah tanda jiwa yang belum matang.
Namun, dalam dunia nyata, sesumbar sering kali menjadi senjata terakhir para tersangka yang terpojok. Seorang petinggi partai berkata lantang di depan media, "Jika saya dijadikan tersangka, saya akan bongkar kejahatan besar.Â
Data dan vidio Korupsi tinggi sudah di amankan !" Pernyataan seperti ini mengundang perhatian sekaligus tawa sinis. Publik bertanya-tanya, apakah ini ancaman, sesumbar, atau sekadar refleks panik saat terpojok? Ada pola yang sering kita lihat, Â sesumbar menjadi alat untuk menciptakan narasi heroik yang penuh teka-teki.Â
Namun, publik semakin cerdas. Mereka bertanya, "Mengapa baru sekarang? Jika itu benar, kenapa tidak Anda ungkap dari dulu?"
Tanpa bukti nyata, sesumbar hanya menjadi bumerang. Ia menggiring pelaku pada opini publik yang lebih negatif.Â
Orang tidak hanya meragukan kredibilitas, tetapi juga mempertanyakan moralitas. Di sisi lain, ada yang memanfaatkan sesumbar untuk menyandera lawan politik atau jaringan yang lebih besar. Tetapi sering kali, drama ini hanya membuat publik lelah. Dunia tidak butuh lebih banyak retorika kosong. Dunia membutuhkan keberanian sejati untuk menghadapi kebenaran, bukan sekadar memainkannya sebagai senjata.
Sesumbar adalah bayangan dari hasrat manusia untuk terlihat lebih besar daripada dirinya. Namun, dalam dunia yang semakin kritis, sesumbar lebih sering menjadi bumerang.Â
Dunia tidak butuh kata-kata besar tanpa isi. Dunia membutuhkan ketenangan McCall, keberanian Wiro, dan kejujuran tindakan. Jika ada data besar, ungkapkan. Jika ada kebenaran, buktikan. Jika tak ada apa-apa, lebih baik berdiam dalam introspeksi daripada menjadi bahan tertawaan.
Seperti kata pepatah lama, "Anjing menggonggong, kafilah berlalu." Biarlah sesumbar menjadi pengingat bagi kita semua bahwa tindakan, bukan kata, yang menentukan nilai sejati manusia.