QRIS (Quick Response Indonesian Standard) menjadi simbol revolusi ini, dengan adopsi yang melonjak hingga 183,9% YoY pada 2024.
Digitalisasi telah membawa perubahan besar dalam sistem pembayaran di Indonesia.Dengan lebih dari 54 juta pengguna dan 34,7 juta merchant, QRIS menawarkan kemudahan dan kecepatan yang sulit disaingi. Namun, di tengah dominasi QRIS, ATM/CRM tetap memegang peran signifikan, terutama untuk kebutuhan transaksi tunai dan segmen masyarakat yang belum sepenuhnya terhubung dengan ekosistem digital.
Meskipun transaksi ATM/CRM menurun 11,4% YoY, nilai transaksinya masih besar. Mesin-mesin ini tetap menjadi andalan bagi masyarakat di daerah dengan keterbatasan infrastruktur digital serta bagi generasi yang lebih nyaman menggunakan layanan tradisional.
Tantangannya kini adalah bagaimana bank bisa mempertahankan relevansi ATM/CRM sambil mengadaptasi perannya di tengah revolusi digital.
Peran Ganda QRIS Melesat, ATM/CRM Masih Dibutuhkan
QRIS telah membuka jalan baru untuk pembayaran yang praktis, fleksibel, dan tanpa kontak fisik. Namun, layanan ini tidak sepenuhnya menggantikan kebutuhan akan ATM/CRM.
Banyak masyarakat di daerah pelosok atau kota kecil masih sangat bergantung pada layanan ini, terutama untuk menarik uang tunai dan transaksi besar.
Generasi yang lebih tua, yang merasa lebih nyaman dengan metode tradisional, juga tetap menjadi pengguna utama ATM/CRM. Selain itu, kebutuhan bisnis tertentu, seperti penggajian atau setoran tunai besar, masih sulit diakomodasi oleh QRIS. Oleh karena itu, meskipun ATM/CRM mengalami tekanan dari tren digital, perannya masih penting untuk menjaga inklusi keuangan bagi semua lapisan masyarakat.
Transformasi ATM/CRM untuk Efisiensi dan Relevansi
Di tengah pergeseran ini, bank menghadapi tantangan besar: bagaimana mengurangi biaya operasional ATM/CRM yang tinggi, namun tetap memberikan layanan yang optimal.
Beberapa langkah strategis dapat diambil untuk memastikan mesin-mesin ini tetap relevan sambil menekan beban biaya: