Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi Bisnis

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Mainan Kayu ke Layar Sentuh, Modernisasi PAUD di Era Digital

23 Desember 2024   10:31 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:31 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Kelompok Bermain  (Pexel.com)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peran fundamental dalam membentuk dasar perkembangan anak, baik secara fisik, kognitif, maupun emosional.

Bermain menjadi sarana utama bagi anak-anak untuk belajar, memahami dunia, dan mengembangkan berbagai kemampuan. Menurut teori Multiple Intelligences oleh Howard Gardner, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, seperti kecerdasan linguistik, logika-matematika, visual-spasial, hingga interpersonal.

Bermain, baik melalui metode konvensional maupun digital, adalah alat penting untuk mengasah kecerdasan ini. Misalnya, permainan menyusun balok melatih kecerdasan logika-matematika dan visual-spasial, sementara permainan kelompok membantu anak mengembangkan kecerdasan interpersonal melalui interaksi sosial.

Di sisi lain, teori Self-Determination (SDT) oleh Edward L. Deci dan Richard M. Ryan menegaskan bahwa anak-anak akan lebih termotivasi untuk belajar ketika tiga kebutuhan dasar mereka terpenuhi autonomi, kompetensi, dan keterhubungan sosial.

Dalam konteks bermain, anak merasa otonom ketika bebas mengeksplorasi permainan sesuai minatnya, merasa kompeten saat menyelesaikan tantangan, dan merasa terhubung melalui interaksi dengan teman sebaya atau guru.

Kerangka teori ini menjadi dasar untuk memahami pentingnya permainan dalam pendidikan PAUD, baik dalam bentuk tradisional maupun yang memanfaatkan teknologi digital. Dalam era digital, modernisasi PAUD dapat memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk mendukung pembelajaran tanpa mengabaikan nilai-nilai penting dari aktivitas bermain tradisional.

Perbandingan dengan Negara Lain

Transformasi PAUD di era digital dapat dilihat dari bagaimana beberapa negara mengintegrasikan teknologi dengan pembelajaran tradisional. Singapura dan Amerika Serikat menjadi contoh negara yang berhasil memodernisasi PAUD tanpa kehilangan esensi permainan.

Di Singapura, PAUD berada di bawah naungan Early Childhood Development Agency (ECDA). Negara ini mengadopsi pendekatan play-based learning yang terintegrasi dengan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).

Anak bermain pada layar sentuh (Pexel.com)
Anak bermain pada layar sentuh (Pexel.com)

Anak-anak diperkenalkan dengan coding dasar menggunakan aplikasi interaktif dan perangkat robotik. Teknologi ini digunakan untuk merangsang kreativitas dan kemampuan logis anak, tetapi tidak mengabaikan pentingnya aktivitas fisik seperti bermain di luar ruangan.

Singapura juga melibatkan orang tua secara aktif melalui program seperti KidSTART, yang memberikan panduan kepada keluarga tentang cara mendukung pendidikan anak dengan teknologi.

Sementara itu, Amerika Serikat lebih mengutamakan pendekatan yang individual melalui kurikulum STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics). Teknologi seperti smart boards dan aplikasi personal seperti Seesaw digunakan untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan unik setiap anak.

Aplikasi ini juga memungkinkan orang tua untuk memantau perkembangan anak secara langsung. Meskipun teknologi menjadi bagian penting dari pembelajaran, aktivitas fisik tetap menjadi fokus utama, seperti bermain di luar ruangan dan kegiatan kelompok yang mendukung keterhubungan sosial.

Di Indonesia, PAUD masih dominan dengan pendekatan tradisional berbasis nilai moral, sosial, dan agama. Teknologi belum banyak diintegrasikan dalam kurikulum, kecuali pada PAUD di wilayah perkotaan yang mulai memanfaatkan aplikasi edukasi sederhana.

Meskipun aktivitas fisik seperti bermain di luar ruangan tetap menjadi bagian utama, Indonesia dapat belajar dari Singapura dan Amerika Serikat untuk mengintegrasikan teknologi secara bertahap tanpa menghilangkan elemen tradisional yang mendukung perkembangan motorik dan sosial anak.

Kesimpulan

Modernisasi PAUD di era digital bukan berarti meninggalkan permainan tradisional, tetapi memadukannya dengan teknologi untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya dan relevan.

Teori Multiple Intelligences oleh Gardner menunjukkan bahwa setiap anak memiliki kecerdasan yang unik yang dapat diasah melalui permainan, sementara teori Self-Determination oleh Deci dan Ryan menyoroti pentingnya motivasi intrinsik dalam pembelajaran.

Perbandingan dengan Singapura dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa integrasi teknologi yang bijak, keterlibatan orang tua, dan keseimbangan antara aktivitas fisik dan digital adalah kunci keberhasilan dalam modernisasi PAUD.

Indonesia memiliki potensi besar untuk mengadopsi praktik terbaik dari kedua negara tersebut, tetapi perlu disesuaikan dengan kondisi lokal.

Dengan langkah yang tepat, modernisasi PAUD di Indonesia dapat membantu menciptakan generasi yang cerdas, kreatif, dan adaptif terhadap tantangan era digital, tanpa kehilangan nilai-nilai tradisional yang menjadi ciri khas budaya kita. Dari mainan kayu hingga layar sentuh, perjalanan ini adalah peluang untuk menjadikan PAUD sebagai fondasi masa depan yang lebih baik.

------------  

Referensi

  1. Gardner, H. Multiple Intelligences The Theory in Practice , Basic Books. 1993.
  2. Deci, E. L., & Ryan, R. M.,Intrinsic Motivation and Self-Determination in Human Behavior. Springer. 1985.
  3. Early Childhood Development Agency (ECDA). Guidelines for Early Childhood Programs. Singapore Government Publications.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun