Toilet yang kotor menjadi sarang bakteri dan virus penyebab penyakit seperti diare, tifus, disentri, dan infeksi saluran kemih. Anak-anak yang sering terpapar lingkungan tidak higienis berisiko tinggi terkena penyakit ini, yang dapat berdampak pada absensi sekolah dan prestasi akademik.
Selain itu, toilet yang tidak layak dapat menyebabkan siswa merasa enggan menggunakannya. Banyak siswa memilih menahan buang air, yang berisiko menyebabkan gangguan kesehatan seperti sembelit dan infeksi saluran kemih.Â
Sanitasi buruk juga memengaruhi status gizi siswa secara tidak langsung. Penyakit akibat sanitasi buruk dapat menyebabkan malnutrisi kronis, yang memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Solusi Memperbaiki Sanitasi di Sekolah
Sanitasi di sekolah dapat diperbaiki melalui berbagai langkah. Edukasi kebersihan menjadi langkah awal yang penting. Siswa perlu dilibatkan dalam program kebersihan toilet melalui pelatihan sanitasi atau lomba toilet bersih.
Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun harus diperkenalkan melalui kegiatan rutin untuk menanamkan kesadaran sejak dini.
Peningkatan fasilitas sanitasi juga harus menjadi prioritas. Toilet sederhana namun fungsional, seperti toilet kompos atau portabel, dapat menjadi solusi praktis untuk daerah terpencil. Ketersediaan air bersih dan sabun harus dipastikan untuk setiap toilet sekolah agar kebutuhan dasar sanitasi terpenuhi.
Keterlibatan komunitas dalam merawat toilet sekolah sangat penting. Gotong royong perlu diterapkan dengan melibatkan masyarakat sekitar dan orang tua siswa. Komunitas harus diajarkan pentingnya mendukung sanitasi di sekolah sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
Pemerintah dan sektor swasta dapat berperan melalui alokasi anggaran khusus untuk memperbaiki sanitasi sekolah. Program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari sektor swasta dapat diarahkan untuk menyediakan fasilitas sanitasi yang memadai.