Namun, humor ini tidak menghilangkan fakta bahwa generasi ini sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan besar seperti pernikahan. Mereka lebih memilih menunda daripada mengambil risiko yang bisa merugikan mereka di masa depan.
Stabilitas finansial menjadi salah satu alasan utama mengapa pernikahan ditunda. Mereka tidak ingin memasuki pernikahan tanpa jaminan keuangan yang cukup, terutama mengingat biaya pernikahan yang semakin mahal.
Selain itu, generasi now memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya kesiapan emosional. Mereka sadar bahwa pernikahan bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang kerja sama, komunikasi, dan kemampuan untuk menghadapi tantangan bersama. Daripada menikah hanya karena tekanan sosial atau mitos seperti primbon, mereka memilih untuk menunggu hingga benar-benar siap dalam segala aspek.
Fenomena ini menunjukkan bahwa generasi now memiliki pendekatan yang berbeda terhadap pernikahan. Mereka tidak menolak tradisi, tetapi mereka juga tidak membiarkan tradisi mendikte hidup mereka. Mereka mencari keseimbangan antara mempertahankan nilai-nilai lama dan beradaptasi dengan realitas modern.
Jadi, jika angka pernikahan di generasi sekarang tampak menurun, itu bukan karena mereka tidak menghargai institusi pernikahan. Sebaliknya, mereka ingin memastikan bahwa keputusan untuk menikah adalah keputusan yang matang, berdasarkan rasionalitas dan kesiapan, bukan tekanan atau mitos.
Dan ketika ditanya lagi, "Kapan kawin?", mereka mungkin hanya akan tersenyum dan menjawab, "Nanti, kalau sudah yakin dengan semuanya. Karena menikah itu bukan soal cepat, tapi soal benar-benar siap."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H