Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi Bisnis

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menikmati Teh, Rasa Rindu dan Benci, Derita menjadi Bahagia

6 Desember 2024   07:13 Diperbarui: 6 Desember 2024   07:17 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minum teh (foto : kompas)

Kenangan yang menyakitkan, ketika ditemani teh, bisa berubah menjadi pelajaran yang manis. Mengingat mantan yang selingkuh, misalnya, mungkin awalnya membuatmu marah. Tetapi dengan teh di tangan, kamu mulai melihat sisi lucu dari kejadian itu. "Untung saja aku tidak berakhir dengan dia," gumammu, sambil menyeruput teh yang mulai mendingin.

Rasa Rindu dan Benci dalam Teh

Teh adalah tempat di mana rasa rindu dan benci bisa berdamai. Ketika kamu rindu seseorang yang tak lagi hadir dalam hidupmu, teh menjadi pengingat bahwa rindu adalah bagian dari cinta yang tulus. Ia tidak meminta balasan, hanya memberi ruang untuk mengingat momen-momen indah yang pernah ada.

Di sisi lain, teh juga membantu kita meredam rasa benci. Ketika amarah membakar hati, teh hadir sebagai penyejuk, membisikkan bahwa tidak semua luka perlu diingat dengan kebencian. Teh mengajarkan bahwa membenci hanya akan menguras energi, sementara menerima akan memberi kelegaan.

Teh, dengan segala fleksibilitasnya, adalah cerminan kehidupan yang penuh warna. Panas atau dingin, manis atau tawar, teh selalu bisa menyesuaikan diri dengan suasana hati dan cuaca. Filosofinya sederhana: hidup adalah tentang menemukan keseimbangan, tidak peduli bagaimana kondisinya.

Teh mengajarkan bahwa bahagia bukan tentang menghindari derita, tetapi tentang bagaimana kita menerima dan mengolahnya. Dalam setiap tegukan teh, ada pelajaran bahwa hidup, seperti secangkir teh, selalu lebih nikmat jika dinikmati perlahan.

Perubahan dalam Sekejap

Namun, di tengah keheningan teh yang penuh filosofi, muncul kisah es teh yang membuktikan betapa cepatnya dunia berubah. Seorang penjual es teh bernama Sunhaji tiba-tiba menjadi viral setelah seorang pendakwah kondang bercanda dengan memanggilnya "goblok." Dalam hitungan jam, hidup Sunhaji berubah drastis. Dari penjual biasa, ia mendadak menjadi selebritas lokal, mendapat bantuan dari berbagai pihak, hingga diberangkatkan umrah.

Kisah ini mengingatkan bahwa bahkan sesuatu yang sederhana, seperti es teh, bisa menjadi simbol perubahan besar---jika disentuh oleh panasnya gorengan politik  dan api dunia maya. Filosofi teh, pada akhirnya, tidak hanya tentang ketenangan, tetapi juga tentang bagaimana ia bisa menjadi katalisator perubahan, membawa derita menuju bahagia dalam sekejap.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun