Koalisi vs. Kompetensi
Pertanyaan pentingnya adalah kenapa kita masih fokus pada koalisi, bukan kompetensi? Pilkada sering kali berubah jadi kompetisi siapa yang punya koalisi paling besar, bukan siapa yang punya program kerja terbaik.
Seolah-olah banyaknya partai pendukung adalah jaminan bahwa calon itu akan sukses memimpin. Padahal, sejarah sudah sering membuktikan, koalisi gemuk lebih sering berarti "kerja gemuk" untuk kepentingan partai, bukan rakyat.
Dan koalisi tipis? Kita sering menganggap mereka underdog, padahal banyak dari mereka yang punya integritas dan keberanian lebih untuk melawan sistem yang sudah korup.
Pilkada Serentak, pilih koalisi atau rakyat?
Pada akhirnya, rakyat harus sadar bahwa Pilkada ini bukan cuma soal siapa yang punya koalisi paling kuat. Ini soal siapa yang benar-benar peduli pada rakyat.
Koalisi besar atau kecil, bukan itu yang penting. Yang penting adalah bagaimana calon kepala daerah memimpin tanpa tersandera utang politik, tanpa tergoda korupsi, dan benar-benar bekerja untuk masyarakat.
Jadi, saat Pilkada nanti, ingat, Â jangan cuma pilih karena bendera partai yang gemerlap atau baliho yang besar. Pilihlah calon yang punya rekam jejak, visi, dan keberanian untuk melawan sistem yang salah.
Karena pada akhirnya, rakyatlah yang harus menanggung harga dari setiap pilihan. Pilih dengan hati, bukan dengan amplop.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H