Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder/CEO Multiartha Group, Aktifis KAHMI dan PP Ikatan Persaudaraan haji Indonesia

Penulis adalah Pengusaha, memulai karir dari UKM- Wartel hingga menjadi vendor Perusahaan besar dan bank di Indonesia, Hobi menulis (beberapa media), Penulis buku Mindset dan Bondo Nekad, Tekad wong ndeso menjadi legislator (ditulis dalam rangka caleg DPR RI).

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Emil Dardak, Katalisator Kemajuan Santri dan Ulama di Era Modern Jawa Timur

25 Oktober 2024   21:52 Diperbarui: 26 Oktober 2024   05:59 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emil Listyanto Dardak adalah salah satu figur terkemuka di Jawa Timur yang memiliki peran signifikan sebagai katalisator bagi kalangan santri, haji, hajjah, dan ulama. Sebagai  mantan Wakil Gubernur Jawa Timur dan Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) wilayah Jawa Timur, Emil Dardak tidak hanya menunjukkan komitmen terhadap pembangunan ekonomi dan infrastruktur di wilayahnya, tetapi juga terhadap pengembangan spiritual dan sosial umat Islam. Dalam posisinya, Emil memiliki peran strategis yang mempertemukan kepentingan masyarakat religius dengan tantangan zaman, seperti pendidikan dan pemberdayaan ekonomi syariah yang inklusif, serta akses yang lebih luas terhadap ibadah haji.

Sebagai anak dari tokoh politik dan ekonom senior Indonesia, Hermanto Dardak, Emil dibesarkan dalam lingkungan yang sarat dengan nilai kepemimpinan dan tanggung jawab sosial. Latar belakang akademisnya yang mumpuni di bidang teknik, ditambah dengan pengalaman profesional di bidang pemerintahan, memberinya wawasan yang luas dan pandangan visioner. Emil menyelesaikan pendidikan sarjananya di luar negeri, di Universitas New South Wales, Australia, dan meraih gelar doktor di usia yang relatif muda. Dengan fondasi pendidikan yang kuat ini, Emil memiliki bekal untuk memahami aspek teknis maupun humanis dari tantangan yang dihadapi masyarakat Jawa Timur.

Sebagai mantan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil sering kali menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat keagamaan. Ia memahami betul bahwa di Jawa Timur, agama memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Emil berupaya untuk memperkuat hubungan antara pemerintah dengan pondok pesantren, kyai, ulama, serta organisasi keagamaan lainnya. Ini tercermin dari keaktifannya di IPHI, di mana ia memimpin organisasi yang mengurusi jamaah haji dan secara konsisten menunjukkan perhatian terhadap isu-isu yang dihadapi oleh umat Islam di wilayahnya.

Peran Emil dalam IPHI dan Pemberdayaan Ekonomi Keumatan

Di bawah kepemimpinannya di IPHI Jawa Timur, Emil Dardak melihat kesempatan untuk memberdayakan masyarakat melalui kolaborasi dengan sektor keuangan syariah, khususnya terkait dengan program "Haji Muda". Program ini memungkinkan kaum muda untuk merencanakan perjalanan haji sejak dini melalui sistem tabungan dan pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah. Program ini bukan hanya mempermudah akses ibadah haji bagi kalangan muda tetapi juga menumbuhkan kesadaran finansial yang berbasis nilai Islam, mengajarkan kedisiplinan, dan perencanaan jangka panjang. Langkah ini memperlihatkan bagaimana Emil melihat peran haji bukan hanya sebagai ibadah ritual tetapi juga sebagai instrumen untuk membangun masyarakat yang lebih stabil secara ekonomi dan mandiri.

Selain itu, Emil juga melihat pentingnya peran IPHI dalam membantu pemberdayaan ekonomi melalui pendekatan syariah yang bisa diakses oleh santri dan masyarakat umum. Emil sering terlibat dalam dialog dengan kalangan perbankan dan institusi keuangan syariah untuk merancang produk-produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan umat, seperti tabungan untuk umrah, pembiayaan usaha mikro, hingga produk asuransi syariah. Dengan pendekatan ini, Emil berusaha agar kalangan haji, hajjah, santri, dan ulama memiliki akses terhadap instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat membantu mereka dalam mencapai kemandirian finansial.

Hubungan Emil dengan Kalangan Ulama dan Pesantren

Salah satu keunikan Emil sebagai seorang pemimpin adalah kemampuannya untuk berinteraksi secara mendalam dengan para kyai dan pengasuh pesantren di Jawa Timur. Ia tidak sekadar menjadi tokoh politik yang dikenal luas, tetapi juga menunjukkan pemahaman dan penghormatan yang mendalam terhadap tradisi dan nilai-nilai yang dipegang oleh pesantren. Para kyai dan pengasuh pesantren melihat Emil bukan hanya sebagai pejabat, tetapi juga sebagai sosok yang mengerti aspirasi dan tantangan yang dihadapi oleh dunia pesantren.

Pesantren di Jawa Timur memiliki peran strategis dalam mencetak kader-kader muda yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga terampil dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Emil mendukung berbagai inisiatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren, termasuk melalui program pelatihan keterampilan dan literasi digital bagi santri. Langkah ini sangat relevan, terutama di era digitalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, di mana para santri dituntut untuk memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan zaman.

Selain itu, Emil juga berperan dalam mendorong dialog antara pemerintah dengan ulama terkait isu-isu kebijakan publik yang sensitif, seperti kebijakan ekonomi, pendidikan, hingga sosial budaya. Dialog ini penting untuk menjaga sinergi antara pemerintah dan kalangan ulama, sehingga kebijakan yang diambil bisa selaras dengan nilai-nilai agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Jawa Timur. Emil berhasil memperkuat peran ulama sebagai mitra strategis pemerintah dalam membangun masyarakat yang religius namun tetap terbuka terhadap perubahan.

Emil sebagai Katalisator Generasi Muda dan Santri

Dalam konteks regenerasi kepemimpinan, Emil Dardak menjadi figur inspiratif bagi generasi muda, khususnya para santri yang mungkin bercita-cita terjun ke dunia pemerintahan atau menjadi pemimpin di masyarakat. Emil tidak hanya berperan sebagai pemimpin administratif, tetapi juga sebagai contoh nyata bahwa seorang santri atau individu dengan latar belakang pesantren dapat berkembang dan berkontribusi dalam dunia profesional dan pemerintahan. Sebagai tokoh muda yang sudah berpengalaman dalam birokrasi, Emil memberikan perspektif baru bagi kalangan santri bahwa dunia kepemimpinan dan pengabdian masyarakat tidak terlepas dari nilai-nilai keislaman.

Melalui berbagai program kolaboratif antara IPHI dan komunitas pesantren, Emil menciptakan banyak kesempatan bagi santri untuk mengembangkan keterampilan di luar pendidikan agama, seperti dalam bidang ekonomi syariah, kewirausahaan, dan teknologi. Langkah ini tidak hanya memberikan pengetahuan praktis kepada santri tetapi juga mengajarkan bahwa ilmu agama dan pengetahuan umum dapat berjalan beriringan dalam menciptakan masyarakat yang lebih produktif dan mandiri.

Sebagai bentuk kepedulian lebih lanjut terhadap komunitas santri, Emil juga turut serta dalam film The Santri, sebuah film yang menggambarkan kehidupan santri Indonesia dalam konteks modern. Kehadiran Emil dalam film ini bukan hanya menunjukkan dukungannya terhadap pesantren tetapi juga menjadi cara bagi Emil untuk memperkenalkan kehidupan santri kepada masyarakat luas, memperlihatkan betapa relevan dan pentingnya pesantren dalam pembentukan karakter dan nilai-nilai luhur di tengah masyarakat. Film ini memberikan gambaran positif bagi generasi muda, khususnya santri, untuk merasa bangga dengan identitas mereka dan percaya diri menghadapi dunia modern tanpa harus mengorbankan nilai-nilai agama yang mereka yakini.

Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan

Meskipun Emil Dardak telah mencapai banyak hal dalam posisinya, ia masih menghadapi berbagai tantangan dalam memajukan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur, terutama di kalangan umat Islam. Tantangan pertama adalah bagaimana memaksimalkan program-program yang sudah dirancang agar lebih merata di seluruh Jawa Timur, mengingat wilayah ini sangat luas dan memiliki beragam kebutuhan yang berbeda. Selain itu, adaptasi teknologi dan peningkatan literasi digital di kalangan pesantren dan masyarakat umum masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diatasi. Hal ini penting agar masyarakat pesantren dan santri tidak tertinggal dalam perkembangan zaman dan tetap relevan di era globalisasi.

Dalam menghadapi tantangan ini, Emil memiliki visi yang kuat untuk membawa Jawa Timur menjadi wilayah yang unggul secara ekonomi dan spiritual. Emil berharap agar para santri dan generasi muda dapat menjadi garda terdepan dalam pembangunan daerah, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang moderat dan terbuka terhadap kemajuan. Ia ingin agar para ulama dan kyai terus menjadi inspirasi bagi umat dan menjalin kerja sama yang sinergis dengan pemerintah dalam rangka menciptakan masyarakat yang sejahtera dan beradab.

Emil Dardak bukan hanya seorang politisi atau pejabat, tetapi juga seorang katalisator yang mampu menyatukan semangat santri, ulama, dan masyarakat umum dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkeadilan dan berkualitas. Di bawah kepemimpinannya, Jawa Timur tidak hanya diharapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi tetapi juga pusat perkembangan Islam yang dinamis, modern, dan inklusif. Melalui pendekatan yang humanis dan kolaboratif, Emil Dardak telah membuktikan bahwa kemajuan daerah dapat dicapai dengan mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai agama yang telah menjadi pondasi kehidupan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun