Dari kasus Tsunami itu, manusia sejatinya  identic kembali diingatkan atau ditantang kemampuan Ipteknya untuk menerjemahkan dan memeta akar penyebabnya. Dari peta dan akar penyebabnya ini, manusia diajak kembali melibatkan Tuhan dalam setiap peristiwa yang menimpanya. Bukan dengan maksud menyalahkan, apalagi mengkambing-hitamkan Tuhan, tetapi mencoba merekonstruksi atau menghhadirkan (membangun) kembali dan menghidupkan "wilayah Tuhan" di dalam diri manusia, masyarakat, dan bangsa, yang sering diabaikan dan bahkan ditinggalkannya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!