Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manfaat Membumikan Ideologi

17 Juni 2021   08:13 Diperbarui: 17 Juni 2021   08:27 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

tokoh Fritz Kunkel  psikologi individual dalam teori kepribadiannya merumuskan bahwa pada hakekatnya pada diri setiap manusia terdapat dua dorongan nafsu yang paling utama, yaitu dorongan ke-aku-an (ichhaftigkeit), dan dorongan ke-kita-an atau dorongan (wirhaftigkeit/Sachlichkeit). 

Kedua dorongan tersebut manakala salah satunya terlalu dominan akan mengakibatkan munculnya penyimpangan-penyimpangan psikologik yang akan mengganggu stabilitas kepribadiannya.

Kaum pembelajar tentulah memahami, bahwa pribadi seseorang yang terlalu didominasi oleh dorongan Ichhaftigkeit atau didorong untuk semata-mata mengabdi pada diri pribadinya sendiri akan melahirkan sikap penahbisan ego, segala sesuatu diukur dari kepentingan dirinya dan segala sesuatu diabdikan untuk dirinya sendiri. Betapapun hal itu mengakibatkan kerugian atau dehumanitas pada  orang lain.

Dalam ranah itu, manusia demikian adalah manusia yang egoistik atau manusia yang individualistik. Ia tidak peduli terhadap lingkungan sekitar, beku perasaannya melihat penderitaan dan kesengsaraan yang disandang oleh orang yang ada di sekitarnya. Sebaliknya manusia yang terlalu dikuasai oleh dorongan ke-kita-an atau Wirhaftigkeit akan melahirkan watak yang terlalu berlebih-lebihan pengorbanannya untuk kepentingan (kesulitan) orang lain, sementara kepentingan pribadinya sendiri terlalaikan atau terabaikan. Sikap seperti ini adalah sikap altruistik, yakni sikap atau perilaku yang menyebabkan dirinya lebur dan luluh ditengah lautan manusia tanpa pribadi.

Konklusinya kedua jenis watak-egoistik dan altruistikini di mata Kunkel merupakan perkembangan atau dinamika  kepribadian yang tidak sehat dan merupakan penyimpangan psikologik. Pribadi manusia yang sehat adalah pribadi yang mampu mengembangkan kedua dorongan tersebut secara seimbang, serasi dan selaras, berada di tengah-tengah antara kedua kutub yang ekstrem seperti di atas.

Kesejatian watak manusia yang menampakkan diri ke permukaan dengan berbagai bentuk perangai yang beraneka ragam seperti yang biasa diketemukan di tengah-tengah pergaulan sehari-hari itu akan dapat dikembalikan kepada dua pola di atas. Dan gejala penampilan watak seperti ini secara kolektif dapat pula diamanti secara nyata dalam kehidupan bersuku, berbangsa dan bernegara. 

Dalam hal ini kiranya pendapat Steinthal dapat dijadikan dasar alasan bahwa secara realitas terdapat dua bentuk kejiwaan, yaitu jiwa individual dan jiwa kolektif. Selanjutnya terdapat dua bentuk kejiwaan, yaitu jiwa individual dan jiwa kolektif. 

Selanjutnya ia menyatakan bahwa 'dalam memandang golongan atau psycho kollektif yang sebagai kesatuan harus dibedakan dari jiwa individu masing-masing' (A. Lysen, 1967). Senada dengan ini , Bung Karno pun menyatakan bahwa 'Bangsa dan rakyat adalah satu jiwa. Jangan kiranya seperti kursi-kursi yang dijajarkan. Bangsa atau rakyat mempunyai jiwa sendiri?'

Dengan cara seperti itu, kita akhirnya akan dapat mencapai cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu Indonesia yang jaya sentosa, dunia damai penuh kasih, gotong royong, bersatu dalam persaudaraan, dan persaudaraan  dalam persatuanm atau dimanapun kita berada, perbedaan tidak dijadikan alasan melakukan, memproduk, dan menyuburkan pertikaian, perpecahan dan kekerasan, sebaliknya digunakan sebagai modal membun persauadaran, yang tersimpul dalanm prinsip "persaudaraan dalam perbedaan dan bersaudara dalam perbedaan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun