Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penentu Takdir Sejarah

26 September 2020   05:42 Diperbarui: 26 September 2020   05:48 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada firman Allah berbunyi: "sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu bangsa (kaum), sehingga bangsa itu merubah nasibnya sendiri" (QS, 13: 11). Ayat ini mengajarkan banyak hal tentang penyikapan terhadap nasib suatu bangsa, yang salah satu penentu "takdirnya" di tangan manusia. 

Barnagkali ini pulalah yang dipahami pakar kenamaan Baqir Al-Sadr, yang disebutnya bahwa  manusia adalah pelaku yang menciptakan sejarah. Gerak sejarah adalah gerak menuju atau tujuan. 

Tujuan tersebut berada di hadapan manusia, berada "di masa depan". Sedangkan masa depan yang bertujuan harus tergambar dalam benak manusia. Dengan demikian, benak manusia merupakan langkah pertama dari gerak sejarah, atau dengan kata lain, "dari terjadinya perubahan"

Firman Tuhan itu sebagai pemberian kewenangan istimewa pada manusia kalau dalam hidup ini, penentu "takdir" kehidupannya, mau warna atau disainnya seperti apa adalah diserahkan padanya. 

Ketika di tengah kehidupan bermasyarakat  dan berbangsa ini banyak kondisi buruk atau menghilangkan sebagian kebahagiaan dan kesenangannya, maka ini mengisyaratkan, bahwa perannya sebagai pendisain kehidupan sedang dipertaruhkan.

Jika atas kondisi yang kurang membahagiakan seperti mengurangi sebagian kesejahteraan ekonomi dan psikologisnya itu ada berjumlah orang yang "meratapinya" secara berlebihan, maka ini mengisyaratkan cerminan orang-orang yang sedang stress dan putus asa.

Padahal sudah jelas Allah SWT tidak ak menyukai orang-orang yang terlalu larut dalam meratapi, apalagi sampai "mengeksplosi" penderitaab psikologis dan fisik akibat menghadapi miltiragam tantangan yang mengujinya itu.

Allah menginginkan makhluk utama yang mendapatkan amanat sebagai pemimpin di muka bumi (khalifah fil-arld)  ini tidak bergeming sikap dan nalar cerdasnya untuk membaca dan menempatkan dirinya di setiap tahapan ujian yang diberikanNya.

Kekuatan dirinya sebagai penentu "takdir" sejarah merupakan tuntutan pembuktian diri, bahwa Tuhan tidak sia-sia menghadirkan atau mengeksistensikan dirinya sebagai penguasa atas kehidupan di bumi ini.

Manusia yang tak bergeming itu tandanya pribadinya kuat meski diuji olehNya. Kekuatan inilah yang dapat menentukan warna sejarah peradaban di dunia ini. Setiap perbuatan yang dilakukannya idealitasnya tak menyurutkan langkahnya untuk berkreasi demi pembangunan negeri, meski berbagai gelombang "badai" mengeksaminasinya.

Tidak akan mungkin perjalanan hidup ini, manusia mutlak bisa menikmati kebahagiaan atau kesejahteraannya. Diantara ini, mestilah manusia akan menemukan (dihadapkan) dengan kondisi tertentu yang menyulitkan dan barangkali membuatnya seperti dijauhi kebahagiaan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun