Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penentu Takdir Sejarah

26 September 2020   05:42 Diperbarui: 26 September 2020   05:48 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Antara Foto via elshinta.com

Atas kondisi itu, mestinya tidak ada manusia yang menyerah. Dalam setiap detak nafas manusia idealitasnya selalu menuntunnya untuk jadi pegiat atau "produsen"  kebajikan di tengah masyarakat, yang kadar kegiatan kebajikannya ini terus memberikan manfaat terhadap sesama manusia dan makhluk hidup lainnya di muka bumi, dan bukannya membawanya dalma kesibukan dalam meratap atau menihilitaskan kekutannya yang identic sebagai sosok makhluk yang tidak berguna di muka bumi ini.

Kalau saat ini manusia Indonesia sedang "diberiNya"  pandemi Covid-19 dan beberapa banjir bandang di sejumlah daerah, yang nota bene sedang menguji dirinya itu, seharusnya justru memicu dan memacu semangatnya sebagai "sang pemegang takdir sejarah" untuk berbuat, menggali, dan mengembangkan segenap potensi diri atau kompetensinya.

Jika manusia yang sedang menghadapi kondisi ini justru bersemangat untuk menjalankan aktifitas ini, maka perubahan yang diidealisasikan seperti kedamaian, kesejahteraan, pembaruan, pencerahan atau hidup dalam atmosfir normalitas bisa diraih dan dinikmatinya.

Itu artinya ideologi pembaruan yang bearada di tangannya (manusia) tetap dijadikannya sebagai kekuatan moral-spiritual yang berkobar-kobar untuk menghadapi atau menjawab ragam pergolakan dunia, yang sebagian diantaranya terkadang memang menantang kemampuan atau ketangguhannya.

Deepak Copra dalam Freeman Potential Movement menuturkan "kepada siapa saja yang masih menginginkan kedamaian, kejayaan, dan kesejahteraan di republik ini", kita katakana "your attitudes create the world, atau "sikap mental andalah yang akan mengubah dunia".

Pandangan Copra itu identik sebagai ajakan atau tantangan pada diri manusia, bahwa tidak akan pernah ada bangsa di dunia manapun yang bisa keluar dari kesulitan yang sedang menghimpinta, jika dirinya sendiri tidak berusaha sungguh-sungguh untuk mengubah nasibnya. 

Kalau hanya sibuk mempermainkan hidupnya, maka yang akan diperoleh mestilah atmosfir yang tidak ubahnya panggung dagelan dari melodrama atau bahkan elegi yang dibuat sebagai cermin "karyanya" sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun