Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dari Newman, Jokowi, hingga Polisi

2 Juli 2020   17:05 Diperbarui: 2 Juli 2020   17:03 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: alinea.id

Meski masyarakat tidak secara verbal menyampaikan ucapan terima kasih atas kinerjanya, tetapi suara emas (diam) masyarakat tentulah tetap mengakui kalau polri sudah berusaha memberi  "kado" untuk negeri ini, bahkan dengan pertaruhan nyawa. Masyarakat mengakui, bahwa hanya polrilah aparat penegak hukum yang berani secara terbuka rela mati demi memproteksi dirinya.

Dengan belum adanya pengakuan masyarakat secara terbuka terhadap polri tersebut, secara tidak langsung sikap publik ini identik pemberian "kado" dalam bentuk  "wahyu kerakyatan" pada polri, bahwa masih banyak ayat-ayat regulasi negara dan idealisme masyarakat (publik) terhadap polri yang belum bisa dipenuhinya.

Yang sudah dipenuhi oleh polri, barangkali di mata masyarakat masih kurang banyak, sehingga apresiasi terhadap keberhasilan kinerja Polri seperti dalam mengobrak-abrik sarang teroris atau membongkar sindikat narkoba belum dijadikannya sebagai standar utama kesuksesannya.

Memang idealnya, apresiasi (kado) masyarakat untuk Polri tetap harus disampaikan atas kinerjanya dalam membongkar kejahatan. Prestasi di bidang "jihad" lawan teroris dan narkoba misalnya jelas bukan prestasi biasa, pasalnya  apa yang dilakukan oleh Polri ini diikuti pertaruhan  tenaga dan nyawa.

Kematian sejumlah prajurit polri saat bertugas melawan teroris menjadi bukti, bahwa tidak sedikit di antara mereka yang bermaksud menjadikan profesinya berjalan dalam ranah adiluhung sebagaimana elemen bangsa lain yang mencintai tanah airnya.

Kinerja di lapangan yang dilakukan oleh polri dalam melawan teroris misalnya ibarat perang, meminjam istilah Tharmidzi Taher"melawan hantu", pasalnya teroris  bisa ada dimana saja, yang menuntut ekstra kehati-hatiannya. Jika tidak  hati-hati, maka nyawanya bisa melayang.

Kinerja Polri itu tidak kalah dengan yang dilakukan oleh setiap subyek bangsa yang berusaha memberikan yang terbaik untuk negaranya. Mencibir Polri memang hak setiap orang, namun mengapresiasinya adalah identik mengapresiasi diri sebagai sesama subyek  atau pelaku  strategis yang punya  amanat mulia dalam menjaga dan mencerahkan  negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun