Itu tidak dimaksudkan supaya kita diam saja saat Pancasila dilecehkan, tetapi dengan membentuk mentalitas subyek edukasi (anak didik) kita menjadi manusia-manusia yang mempunyai karakter kuat dalam mengamalkan Pancasila, maa dunia akan tahu (bukan sebatas Australia), bahwa seluruh elemen bangsa Indonesia, khususnya peserta didik atau kaum mudanya, mempunyai karakter dalam membangun dan menjaga marwah Negara Kesatuan Republik Indonesia  (NKRI).
Dari "pelajaran Pancasila" yang pernah dilakukan Australia itu, kita benar-benar secara tidak langsung diingatkan, bahwa kita memang mempunyai ideologi yang harus ditunjukkan pada dunia bahwa ideologi kita memang sebagai sumber kehidupan bernegara yang "menghidupkan", bukan sebagai pajangan bernegara.
Kalau kita merasa ideologi bangsa dilecehkan, maka  harus tunjukkan pada dunia, termasuk Australia, bahwa kita adalah subyek bangsa yang Pancasilais atau hidup sebagai bangsa yang bisa menjalankan aktifitas sesuai dengan doktrin adiluhung yang digariskan Pancasila berupa hidup berketuhanan, berkeadilan, menjaga kesatuan, mewujudkan kesejahteraan, dan demokratisasi. Jika hal ini tidak bisa diwujudkan, maka kita sendiri yang identik melakukan pelecehan ideologis. Kalau seperti ini, lantas  apa bedanya kita dengan Australia.
Buktikan bahwa kita sangat berbeda, yakni sebagai bangsa yang bukan hanya di kata-kata bisa dan fasih menghafal teks ideologis, tapi dalam fakta, kita memang pengamal sejatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H