Mohon tunggu...
Abdul Rouf
Abdul Rouf Mohon Tunggu... Guru - Activist • Enterpreneur Social • Teacher • Muhammadiyah Student Assosiaction •

Isu Pendidikan | Agama dan Budi Pekerti | Melek Politik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah : Pabrik Buruh atau Taman Ilmu yang Mati

1 Februari 2025   01:05 Diperbarui: 1 Februari 2025   01:05 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : ((Dokumen Pribadi))

Penulis kali ini ingin membuka cara pandang yang sedikit berbeda dari kebanyakan orang. Bahkan ini bisa jadi sebagai realitas kehidupan saat ini yang sedang kita jalani dalam dunia pendidikan 

Dimana Kurikulum yang sangat terstandarisasi dan fokus pada keterampilan praktis yang dibutuhkan industri. Penekanan pada hafalan dan kepatuhan, bukan pemikiran kritis atau kreativitas.

Lulusan disiapkan untuk langsung masuk ke dunia kerja sebagai tenaga kerja yang siap pakai. Kurang memperhatikan pengembangan minat dan bakat individu.

Model sekolah seperti ini menghasilkan lulusan yang mungkin kompeten secara teknis, tetapi kurang memiliki kemampuan adaptasi, inovasi, dan jiwa kepemimpinan. Mereka menjadi pekerja yang efisien, tetapi kurang mampu menciptakan lapangan kerja atau memberikan kontribusi lebih besar bagi masyarakat.

Sekolah sebagai "Taman Ilmu yang Mati"

Kurikulum yang terlalu teoritis dan kurang relevan dengan kebutuhan dunia nyata. Fokus pada pengembangan intelektual semata, tanpa memperhatikan keterampilan praktis atau aplikatif.

Lulusan kurang siap menghadapi tantangan dunia kerja dan kurang memiliki daya saing. Lingkungan belajar yang kurang interaktif dan inspiratif.

Sekolah jenis ini menghasilkan lulusan yang mungkin berwawasan luas, tetapi kurang memiliki kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan mereka dalam kehidupan sehari-hari. 

Mereka menjadi "intelektual yang menganggur" atau kurang produktif.

Idealnya, Sekolah sebagai Apa?

Sekolah seharusnya menjadi ekosistem pembelajaran yang hidup, di mana siswa tidak hanya menerima ilmu pengetahuan, tetapi juga mengembangkan berbagai keterampilan (kognitif, sosial, emosional) yang dibutuhkan untuk sukses di abad ke-21.

Sekolah harus mampu menyeimbangkan antara teori dan praktik, antara pengembangan intelektual dan keterampilan aplikatif.

Sekolah harus menjadi taman di mana setiap siswa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.

Sekolah harus mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga siap menciptakan perubahan positif bagi masyarakat.

Tantangan dan Solusi

Tantangan untuk mewujudkan sekolah ideal ini tentu tidak mudah. Dibutuhkan perubahan paradigma pendidikan yang lebih holistik dan inklusif, serta investasi yang cukup dalam pengembangan kurikulum, tenaga pendidik, dan fasilitas pendukung.

Namun, tantangan ini harus dihadapi jika kita ingin memiliki generasi penerus yang berkualitas, berdaya saing, dan mampu membawa Indonesia menuju kemajuan yang lebih baik.

Dapat penulis simpulkan bahwa 

Sekolah sebagai "pabrik buruh" atau "taman ilmu yang mati" adalah dua ekstrem yang sama-sama tidak ideal. Mari kita perjuangkan sekolah sebagai ekosistem pembelajaran yang hidup, di mana setiap siswa dapat berkembang secara optimal dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun