Desa Hegarmanah merupakan desa yang terletak di Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Desa Hegarmanah memiliki wilayah seluas 1.832,55 ha dengan total luas lahan pertanian dan perkebunan seluas 1039.97 Ha. Desa Hegarmanah sendiri terkenal dengan potensi buah manggis dan padi yang dibuktikan dengan buah manggis yang sudah menjadi komoditas ekspor Indonesia menuju Hong Kong, China.
Namun, beberapa bulan terakhir masyarakat terkendala dalam memanfaatkan manggis karena hujan yang cukup sering beberapa bulan terakhir di wilayah ini. Selain itu, tanaman manggis pun juga mulai terserang penyakit bercak daun yang mengakibatkan terhambatnya buah manggis dalam berbuah sehingga masyarakat pun kian resah akan hal tersebut.Â
Selain itu, tanah yang kurang subur setelah panen menjadi suatu permasalahan bagi warga sekitar sehingga masyarakat setempat tidak bisa menanam kembali setelah masa panen.
Permasalahan lahan di desa Hegarmanah ini terjadi karena beberapa hal, antara lain kemarau yang berkepanjangan, sulitnya akses air untuk irigasi, serta kondisi tanah yang mulai kurang produktif akibat penggunaan bahan kimia yang kontinu. Bahan kimia yang dimaksud disini adalah bahan kimia yang digunakan untuk pupuk dan pestisida tanaman pertanian masyarakat.
Oleh karena itu, tim KKNT IPB di desa Hegarmanah mencoba untuk menekan penggunaan bahan kimia untuk pertanian dengan melakukan sosialisasi pupuk serta pestisida (7/13) yang berasal dari bahan-bahan alami yang dapat masyarakat produksi sendiri dengan bahan-bahan rumah tangga. Produk yang disosialisasikan pada kesempatan tersebut adalah pembuatan pupuk PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) serta pestisida nabati.
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) merupakan sejenis bakteri yang hidup di perakaran tanaman yang hidup secara berkoloni menyelimuti akar tanaman.Â
Keberadaan mikroorganisme ini sangat baik, karena bakteri ini memberi keuntungan, antara lain mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit, menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang-kacangan, meningkatkan ketersediaan nutrisi lain, serta mengontrol hama dan penyakit tumbuhan.
PGPR yang didemokan mahasiswa IPB dibuat dengan menggunakan akar bambu, dedak, terasi, gula, dan air. Bahan-bahan ini digunakan karena dinilai dapat ditemukan dengan mudah sehari-hari di lingkungan masyarakat.Â
Pengaplikasian pupuk PGPR ini dapat berupa perendaman bibit tanaman atau penyemprotan pada tanaman dewasa. Pupuk ini diharapkan dapat mengurangi hama serta penyakit yang dapat menyerang tanaman masyarakat.