Mohon tunggu...
Abdul Rafi Arkan
Abdul Rafi Arkan Mohon Tunggu... Lainnya - Kordinator Wilayah Forum OSIS JAWA BARAT

Hobi saya bina fisik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sistem Perwakilan Politik-Struktur Lembaga Perwakilan Politik di Negara Demokrasi

5 Juni 2024   11:54 Diperbarui: 5 Juni 2024   11:55 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dalam sistem politik saat ini, representasi politik menjadi topik yang penting untuk dibahas dan diterapkan. Satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah ukuran dan kepadatan penduduk di wilayah negara, yang tidak memungkinkan terbentuknya forum bersama seluruh masyarakat dan tidak dapat memutuskan secara langsung berbagai permasalahan. Untuk membangun dan mempertahankan sistem ini memerlukan keterwakilan politik yang memadai, adil dan tidak memihak kepada salah satu golongan masyarakat. Representasi politik diperlukan agar seluruh aspirasi, kemauan dan hasrat masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk kebijakan publik.
 
Sistem Perwakilan Politik
Sistem perwakilan politik merupakan suatu konsep yang diperlukan untuk mempertemukan seluruh aspirasi, kebutuhan dan keinginan masyarakat yang terorganisir dalam bentuk kebijakan publik. Perwakilan politik berfungsi sebagai hubungan timbal balik antara terwakil dan wakil, yang mengembangkan potensi sumber daya alam, melindungi lingkungan, dan memberikan informasi kepada masyarakat. Dalam sistem perwakilan politik, lembaga legislatif harus mampu mencerminkan dirinya melalui kehadiran lembaga eksekutif dan memberikan suara utuh seluruh masyarakat. Sehingga masyarakat merasa terwakili oleh wakil-wakil yang mereka percayai.
Dalam bukunya Capitalism, Socialism, and Democracy (1942), Schumpeter mendefinisikan demokrasi sebagai metode institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu memperoleh kekuasaan untuk membuat keputusan melalui perjuangan kompetitif untuk suara rakyat. Bagi Schumpeter, sistem perwakilan politik adalah mekanisme di mana elit yang terpilih menjalankan pemerintahan atas nama rakyat melalui pemilihan umum yang kompetitif.
Sistem perwakilan politik mempunyai cerita panjang bagi sejarah manusia, perwakilan berkembang dari struktur sederhana menjadi sistem kompleks yang kita kenal sekarang. Abad ke-5 SM merupakan contoh awal partisipasi politik langsung di mana warga negara laki-laki dapat berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan publik. Lembaga seperti Boule (dewan beranggotakan 500 orang) dan Majelis Rakyat menunjukkan prinsip keterwakilan, meskipun terbatas pada kelompok tertentu.
Meskipun demokrasi Athena tidak sepenuhnya menggunakan sistem perwakilan dalam pengertian modern, beberapa elemen, seperti Boule dan penggunaan lot, mencerminkan upaya untuk memastikan keterwakilan yang luas dan partisipasi warga negara. Sistem tersebut berfokus pada partisipasi langsung warga negara dalam pengambilan keputusan, yang merupakan salah satu contoh paling awal dari pemerintahan yang berupaya melibatkan warga negara dalam skala besar dalam proses politik.
Tujuan dari perwakilan politik mencakup kepuasan pihak-pihak yang diwakili terhadap kepentingan dan kebutuhan tindakan ketika mengambil keputusan atau kebijakan terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Perwakilan politik juga berfungsi sebagai mekanisme pemilihan pemimpin pemerintahan dan pemilihan kebijakan publik.
 
Terdapat beberapa elemen dasar dalam sistem perwakilan politik:
1. Sistem pemilu: Berbagai jenis sistem pemilu digunakan untuk memilih perwakilan, seperti sistem pemilu mayoritas, proporsional, campuran, dan sistem pemilu lainnya, yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal keterwakilan dan stabilitas politik.
2. Perwakilan: Orang yang dipilih untuk mewakili warga negara biasanya adalah anggota parlemen atau kongres, namun juga pejabat eksekutif seperti presiden atau gubernur. Peran mereka adalah membuat, mengubah dan menerapkan undang-undang dan melaksanakan kebijakan publik.
3. Mandat: Perwakilan ini bekerja berdasarkan mandat yang diberikan oleh konstituennya dan diharapkan dapat melindungi kepentingan dan aspirasi konstituennya.
4. Akuntabilitas: Sistem perwakilan politik biasanya mencakup mekanisme akuntabilitas di mana perwakilan bertanggung jawab kepada konstituennya. Hal ini dapat terjadi melalui pemilihan ulang, pengawasan parlemen, media, dan lain-lain.
5. Partai politik: Partai politik memainkan peran sentral dalam menciptakan platform politik, mencalonkan kandidat, dan mengoordinasikan tindakan politik.
 
Hubungan antara parlemen dan badan eksekutif di negara-negara demokratis dapat dibagi menjadi sistem parlementer dan sistem presidensial. Selain keduanya, ada beberapa negara yang mencoba menggabungkan keduanya, seperti sistem semipresidensial di Perancis.
Dalam sistem parlementer, fungsi eksekutif sebagai kepala pemerintahandan kepala negara dijalankan oleh dua lembaga yang berbeda. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri yang memimpin pemerintahan dan bertanggung jawab menjalankan pemerintahan. Ia biasanya menjadi pemimpin partai pemenang pemilu. Pada saat yang sama, peran kepala negara dimainkan oleh raja/ratu.
Sedangkan dalam sistem presidensial, fungsi eksekutif sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara dilaksanakan oleh presiden yang dipilih langsung oleh rakyat atau oleh lembaga tertentu untuk jangka waktu (periode) tertentu. Sebagai kepala pemerintahan, presiden mengangkat menteri-menteri yang duduk dalam pemerintahan dan bertindak sebagai pembantu serta bertanggung jawab kepada presiden. Sebagai kepala negara, presiden mempunyai beberapa kekuasaan simbolis.Dalam sistem presidensial, posisi presiden dan parlemensama kuatnya karena keduanya memperoleh legitimasi melalui pemilihan umum yang terpisah. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen dan parlemen tidak dapat melakukan pemakzulan terhadap presiden kecuali jika terjadi pelanggaran hukum yang berat dan memerlukan proses yang panjang.
 
Sistem Perwakilan Politik di Indonesia
Sistem perwakilan Indonesia didasarkan pada prinsip demokrasi perwakilan, dimana rakyat memilih wakil-wakilnya yang mengambil keputusan politik, mengendalikan pemerintah dan mewakili kepentingan mereka. Melalui pemilihan parlemen yang bebas dan adil serta peran aktif partai politik dan badan legislatif.
Dan berikut adalah komponen system perwakilan di Indonesia:
1. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI)
Bertugas membuat undang-undang, mengendalikan pemerintahan, dan menyetujui anggaran negara. Dengan struktur keanggotaanya terdiri dari 575 anggota yang dipilih melalui pemilihan umum. Mereka mewakili daerah pemilihan (dapil) berbeda di seluruh Indonesia, dan jumlah kursi didistribusikan berdasarkan jumlah penduduk.
2. Dewan Perwakilan Daerah (DPD-RI)
Bertugas mewakili kepentingan daerah di tingkat nasional, memberikan nasihat kepada DPR-RI mengenai permasalahan daerah dan ikut serta dalam proses legislasi terkait otonomi daerah. Dengan struktur anggota setiap provinsi di Indonesia diwakili oleh empat anggota DPD yang dipilih melalui hak pilih universal langsung.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR):
Mengubah dan mengubah Undang-Undang Dasar, mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, serta memutuskan usulan untuk memanggil kembali Presiden dan/atau Wakil Presiden. MPR terdiri dari anggota DPR-RI dan DPD-RI.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Membuat peraturan daerah, mengawasi pelaksanaan pemerintahan daerah, dan menyetujui anggaran daerah. DPRD dibagi menjadi DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, dan anggotanya dipilih melalui pemilihan umum di tingkat provinsi dan kabupaten/kota..
Melalui sistem representasi politik ini, Indonesia berupaya menerapkan prinsip demokrasi, inklusi, dan tanggung jawab dalam proses politiknya. Partisipasi masyarakat dalam pemilu, peran partai politik dalam keterwakilan politik, dan mekanisme check and balance merupakan faktor kunci dalam menjaga stabilitas politik dan mewakili kepentingan rakyat.
 
Masa depan sistem perwakilan politik Indonesia dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk perkembangan sosial, politik, dan teknologi. Beberapa kemungkinan tren perkembangan sistem perwakilan di Indonesia di masa depan adalah:
1. Reformasi politik menuju yang lebih baik meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik dalam sistem perwakilan politik. Hal ini dapat mencakup reformasi pemilu, regulasi partai politik dan mekanisme pemantauan aktivitas politik.
2. Adanya teknologi informasi dan komunikasi meningkatkan aksesibilitas, partisipasi dan akuntabilitas dalam sistem representasi politik. Misalnya saja penggunaan platform daring untuk memfasilitasi debat publik, ajang promosi calon legislative, pengawasan politik, dan transparansi dalam pengambilan keputusan.
3. Pasca reformasi tahun 1998, Indonesia terbebas dari belenggu rezim otoriter. Masyarakat memiliki kebebasan seperti, upaya meningkatkan keterwakilan berbagai kelompok masyarakat, termasuk perempuan, pemuda, etnis minoritas, dan kelompok marginal, dalam institusi politik. Hal ini dapat dicapai melalui kebijakan positif, pendidikan politik dan peningkatan partisipasi aktif kelompok-kelompok tersebut.
 
Di lain sisi Indonesia juga memiliki tantangan dalam mepertahankan atau melanjutkan system perwakilanya menuju yang lebih baik diantaranya,
1. Kualitas pemimpin: Terdapat permasalahan pada kualitas dan integritas para pemimpin politik, termasuk korupsi, nepotisme, dan kepentingan pribadi yang menghalangi keterwakilan yang baik.
2. Dominasi partai: Tantangan terkait dominasi partai yang membatasi pluralisme politik dan mempersempit peluang alternatif politik baru dan inovatif, mereka dianggap sebagai mafia politik di antara elit politik.
 
Tantangan-tantangan tersebut memerlukan upaya bersama dari pemerintah, partai politik, masyarakat sipil dan warga negara untuk melaksanakan reformasi yang diperlukan guna memperkuat sistem perwakilan politik Indonesia sehingga dapat lebih mewakili kepentingan rakyat dan menjamin negara yang demokratis, inklusif dan partisipatif. pemerintah yang bertanggung jawab..
Pada akirnya, masa depan sistem perwakilan politik Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh kemauan dan partisipasi aktif warga negaranya dalam proses politik, serta komitmen para pemimpin dan lembaga politik untuk menerapkan prinsip demokrasi, inklusi, dan akuntabilitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun