Pertanyaannya begitu absurd dan bahkan menyinggung perasaan saya. Bunyi pertanyaannya kira-kira begini "untuk mengelola perpustakaan kok sampai jauh-jauh belajar ke Inggris. Apa susahnya mengurus perpustakaan? Kan tinggal menjaga koleksi dan menata buku di rak saja, mengapa sampai belajar ke Inggris?"
Jika demikian situasinya, lalu siapa yang bertanggung jawab untuk meluruskan pengertian khalayak terhadap pustakawan dan tentu juga perpustakaan ini? Saya kira tanggung jawab yang pertama adalah sekolah perpustakaan.Â
Semua sekolah perpustakaan harus melakukan promosi dan sosialisasi kepada masyarakat. Sekolah perpustakaan ini juga sangat berkepentingan untuk mempopulerkan profesi pustakawan ini sebab mereka membutuhkan input berupa calon mahasiswa untuk dididik di perguruan tinggi.Â
Bagaimana siswa SMA akan tertarik masuk ke sekolah perpustakaan jika mereka tidak tahu nantinya akan menjadi apa sesudah tamat dari sekolah perpustakaan.Â
Jika mahasiswa kedokteran bisa melakukan pengobatan gratis, sunatan massal gratis, dan kegiatan-kegiatan lain agar dikenal oleh masyarakat, lalu kegiatan apa yang bisa dilakukan oleh mahasiswa perpustakaan agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari profesi pustakawan ini? Saya teringat pada tahun 1980an para mahasiswa IPB ramai-ramai membangun perpustakaan desa.Â
Barangkali kegiatan-kegiatan seperti ini perlu diperbanyak dan ditingkatkan kualitasnya sehingga masyarakat bisa mengenal profesi pustakawan. Berikutnya yang bertanggung jawab untuk mempopulerkan kata pustakawan ini adalah organisasi profesi pustakawan seperti IPI, ISIIPI, APISI, FPPTI dan lain-lain.Â
Saya kira organisasi ini harus menyediakan sebagian waktunya untuk melakukan kegiatan yang bersifat mempromosikan profesi pustakawan. Selama ini kegiatan organisasi profesi ini dilakukan hanya untuk kepentingan anggotanya semata. Jarang terdengar ada kegiatan organisasi profesi yang diperuntukkan bagi masyarakat umum.Â
Selain itu Perpustakaan Nasional juga bertanggung jawab menyosialisasikan profesi pustakawan tersebut. Kegiatan-kegiatan seperti pembinaan minat baca, lomba karya tulis yang melibatkan masyarakat umum, serta pameran dan lain-lain dapat memperkenalkan peran perpustakaan dan pustakawan kepada masyarakat umum. Terakhir, setiap individu pustakawan juga memiliki tanggung jawab untuk mempopulerkan profesi pustakawan.Â
Sayang sekali, masih banyak pustakawan yang malu mengaku bahwa dirinya memiliki profesi pustakawan sehingga ada sebagian alumni sekolah perpustakaan yang mengubah profesi pustakawan menjadi "record manager", "information specialist", bahkan ada yang menamakan dirinya sebagai "pekerja informasi". Apakah ini salah satu gejala kurangnya percaya diri pustakawan? Wallahua'lam. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H