Mohon tunggu...
Abdul Munir
Abdul Munir Mohon Tunggu... Guru - Guru

• Lahir di sebuah desa yang terletak lereng gunung prau. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Kendal. Daerah yang terkenal dengan sebutan Desa Wisata Curug Jeglong. Munir kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan mottonya Belajar Tanpa Henti, Sukses Menanti. "Berani ambil risiko, bermimpi besar, dan berharap besar." "Dengan pendidikan kamu bisa mengubah dunia." "Hiduplah seakan kamu mati besok, belajarlah seakan kamu hidup selamanya." Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru Madrasah Ibtidaiyah di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi orangtua terkabul. Hobi membaca dan menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan amal dan manfaat bagi banyak orang. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkurban: Lebih dari Sekadar Pengorbanan

17 Juni 2024   08:25 Diperbarui: 17 Juni 2024   08:31 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berkurban, sebuah praktik yang tersebar luas di berbagai komunitas dan agama di seluruh dunia, memiliki makna yang mendalam dan nilai yang tak ternilai. Meskipun sering kali diasosiasikan dengan ajaran agama tertentu, seperti Islam, Kristen, dan Hindu, praktik berkurban sebenarnya melampaui batasan keagamaan semata. Ia mengajarkan tentang belas kasihan, kedermawanan, dan pentingnya berbagi rezeki kepada sesama.

1. Nilai-nilai Fundamental dalam Berkurban

Pada dasarnya, berkurban adalah tindakan pengorbanan yang dilakukan untuk menyucikan diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam Islam, hari raya Idul Adha menjadi momentum utama di mana umat Muslim dari seluruh dunia menyembelih hewan kurban sebagai wujud pengorbanan kepada Allah SWT. Dalam Kristen, berkurban sering kali melibatkan pengorbanan waktu, bakat, atau harta untuk mendukung orang-orang yang membutuhkan, mengikuti teladan kasih Kristus. Di banyak tradisi Hindu, berkurban juga terkait erat dengan penghormatan terhadap dewa dan peningkatan spiritualitas.

2. Makna di Balik Aksi Berkurban

Namun, di luar aspek keagamaan, praktik berkurban menawarkan pelajaran universal tentang empati dan solidaritas. Ini mengajarkan kita untuk memperhatikan mereka yang kurang beruntung, mendorong kita untuk bertindak secara proaktif dalam membantu mereka yang membutuhkan bantuan. Ketika seseorang memutuskan untuk berkorban, mereka tidak hanya memberikan sebagian dari kekayaan atau sumber daya mereka, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kepedulian dalam masyarakat.

3. Tantangan dan Kesempatan

Meskipun begitu, praktik berkurban tidak selalu berjalan mulus. Ada tantangan di sepanjang jalan, termasuk persoalan logistik, keuangan, dan etis. Bagaimana seseorang memastikan bahwa bantuan yang mereka berikan benar-benar bermanfaat dan tepat sasaran? Bagaimana kita menghindari jatuh ke dalam jebakan filantropi yang hanya berdampak sementara? Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong kita untuk terus meningkatkan cara kita berkontribusi kepada masyarakat.

Namun, di tengah tantangan tersebut, ada pula kesempatan besar untuk memperkuat hubungan sosial dan kepercayaan antarindividu. Berkurban tidak hanya tentang memberikan secara materi, tetapi juga memberi harapan dan kepercayaan kepada mereka yang terpinggirkan bahwa mereka tidak sendirian.

4. Menciptakan Perubahan yang Berarti

Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, di mana tantangan sosial dan ekonomi semakin kompleks, praktik berkurban tetap menjadi kekuatan positif yang dapat menciptakan perubahan yang berarti. Melalui aksi ini, kita bisa membangun masyarakat yang lebih inklusif dan berempati, di mana setiap individu merasa dihargai dan didukung.

Jadi, berkurban bukan hanya tentang ritual atau tradisi semata. Ini tentang menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Ketika kita berani berkorban untuk kebaikan bersama, kita tidak hanya memperkaya diri sendiri secara spiritual, tetapi juga mengukuhkan ikatan solidaritas yang mendalam dalam masyarakat global kita yang majemuk. Mari kita terus menginspirasi satu sama lain untuk berbagi cinta dan kebaikan, karena dalam berkurban, kita semua memainkan peran penting dalam merajut kisah kesatuan dan harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun