Mohon tunggu...
Abdul Munir
Abdul Munir Mohon Tunggu... Guru - Guru

• Lahir di sebuah desa yang terletak lereng gunung prau. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Kendal. Daerah yang terkenal dengan sebutan Desa Wisata Curug Jeglong. Munir kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan mottonya Belajar Tanpa Henti, Sukses Menanti. "Berani ambil risiko, bermimpi besar, dan berharap besar." "Dengan pendidikan kamu bisa mengubah dunia." "Hiduplah seakan kamu mati besok, belajarlah seakan kamu hidup selamanya." Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru Madrasah Ibtidaiyah di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi orangtua terkabul. Hobi membaca dan menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan amal dan manfaat bagi banyak orang. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ilmu atau Adab? (Refleksi Etika Masyarakat dalam Pemilihan Umum)

30 Januari 2024   11:19 Diperbarui: 30 Januari 2024   21:51 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gareng : Kita harus berilmu karena ilmu itu yang meninggikan derajat manusia

Petruk  : Adab lebih tinggi dari ilmu. Percuma berilmu, tetapi tidak beradab

Gareng : (manggut-manggut),

Mendengar dialog Gareng dan Petruk, Bagong pun menyeletuk.

Bagong : Uang lebih tinggi dari ilmu dan adab

Gareng dan Petruk: Haah! Ngarang kamu!

Bagong : Coba lihat, gara-gara duit, orang berilmu dan beradab menjadi tak berdaya!!!

Pemilihan umum merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di mana masyarakat memiliki hak untuk memilih pemimpin mereka. Namun, dalam proses ini, seringkali muncul dilema terkait dengan etika, terutama jika ada orang yang memberikan dana kepada pemilih untuk memilih salah satu calon anggota dewan perwakilan rakyat. Dialog antara Gareng, Petruk, dan Bagong mencerminkan berbagai pandangan masyarakat terkait pentingnya ilmu, adab, dan peran uang dalam pengambilan keputusan politik.

1. Ilmu Sebagai Landasan Kebijakan:
Gareng menekankan pentingnya ilmu sebagai kunci untuk meninggikan derajat manusia. Pendidikan dan pengetahuan yang baik dapat membentuk pemahaman yang lebih mendalam terhadap isu-isu politik dan mendorong masyarakat untuk membuat keputusan yang lebih cerdas dan rasional.

2. Adab sebagai Fondasi Karakter:
Petruk mengungkapkan pandangan bahwa adab lebih tinggi dari ilmu. Dalam konteks politik, adab mencerminkan etika dan moralitas dalam pengambilan keputusan. Tanpa adab, pemimpin mungkin menggunakan kekuasaan mereka dengan tidak bijaksana, merugikan masyarakat.

3. Peran Uang dalam Politik:
Bagong dengan tegas menyatakan bahwa uang lebih tinggi dari ilmu dan adab. Pernyataan ini mencerminkan pandangan kritis terhadap realitas politik di mana dana seringkali menjadi faktor penentu dalam meraih dukungan. Argumentasi Bagong menunjukkan bagaimana keberadaan uang dapat merubah nasib seseorang, bahkan jika mereka memiliki ilmu dan adab.

Dalam memilih pemimpin, masyarakat perlu mempertimbangkan keseimbangan antara ilmu, adab, dan peran uang. Idealnya, pemimpin yang dipilih harus memiliki pengetahuan yang cukup (ilmu), moralitas yang tinggi (adab), dan tidak terpengaruh oleh uang secara berlebihan. Pemilihan umum seharusnya menjadi refleksi nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bukan hanya sebuah proses di mana uang menjadi penentu utama. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilihan berdasarkan kualitas dan integritas calon, bukan hanya terpaku pada manfaat finansial yang diberikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun