Mohon tunggu...
Abdul Mun'im
Abdul Mun'im Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pengangguran sebenarnya lebih sibuk pikirannya dari pada orang yang aktif bekerja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tiar Anwar Bahtiar: Pesantren, Fakta Sejarah Islamisasi Nusantara yang Dilupakan

27 September 2015   19:18 Diperbarui: 27 September 2015   22:10 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks penyebaran dan intensifikasi Islam di Indonesia, pesantren menduduki peran yang sangat sentral. Bahkan, komunitas pesantren sebagai pemicu strategi kesuksesan perang, seperti  jaman Pangeran Diponegoro.

Demikian disampaikan oleh DR. Tiar Anwar Bahtiar dalam seminar “Sejarah Islam Nusantara” di Aula Center for Islamic and Occidental Studies (CIOS) UNIDA Gontor, Jum’at 18 September 2015.

Menurut DR. Tiar, pesantren merupakan lembaga Islam universal yang menerima murid dan guru tanpa memandang latar belakang suku, daerah dan semacamnya. Sehingga mampu membentuk jaringan kepemimpinan intlektual dan praksis keagamaan dalam berbagai tingkatan.

“Pindah dari satu pesantren ke pesantren lain merupakan ciri khas para penuntut ilmu jaman itu, sehingga menimbulkan kontak dengan dunia luar, yang dapat mendorong secara konstan Islamisasi di kalangan masyarakat Nusantara secara keseluruhan, sekaligus memberikan pembaharuan pandangan dan praktik keislaman dari mereka yang telah menjadi Muslim,” ungkap Pengkaji Sejarah Nusantara UI ini.

Kepada seluruh peserta seminar, Tiar Anwar Bahtiar lebih menekankan kembali, peran pesantren dalam islamisasi nusantara tidak boleh dilupakan, sebagai bukti sejarah islamisasi nusantara. Karena saat ini, pesantren mulai dilupakan peranannya dalam sejarah nusantara.

Hal ini, memang tidak dapat dipungkiri, sebab naskah sejarah nusantara yang menjadi referensi primer masyarakat, merupakan karya para kolonialis Belanda, tuturnya kembali.

Lebih-lebih, Bapak Tiar menambahkan. Betapa dilupakannya peran pesantren ini, sehingga sebelum tahun 2003 sistem dan kurikulum pesantren kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah, dan harus gulung tikar dari pendidikan nasional, sebab tidak memenuhi standar pemerintah.

“Kurang perhatian pemerintah pada pesantren ini, tidak jauh dari pengaruh kolonialisme yang menjadi akar liberalisme di bumi nusantara ini.” Jelas ahli sejarah Islam nusantara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun