Mohon tunggu...
abdul mukti
abdul mukti Mohon Tunggu... Dosen - dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

saya adalah peneliti dan penulis dibidang filsafat, pemikiran islam, politik dan sosial keagamaan. Aktif sebagai pembicara dan pengajar di berbagai kampus

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Mengapa Karolin Kuat?

19 Juni 2024   13:46 Diperbarui: 19 Juni 2024   13:46 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prokhatulistiwa.com

Tantangan dalam Pilkada 2024

Analisis tentang kekuatan Karolin Margret Natasa bukanlah hasil Pilkada. Seringkali, dalam politik selalu ada faktor yang mengejutkan di luar dari kalkulasi dan analsisis rasional dan objektif. Maka, analisis tentang desain kompetitor (baca: membaca kekuatan lawan) layak menjadi bagian dari strategi tersendiri. Mengapa? Di tengah-tengah pragmatisme politik yang masih marak, tidak mudah menyadarkan masyarakat untuk berpolitik bernitegritas tanpa politik uang. Maka, poltik uang menjadi tantangan tersendiri. Mengandalkan tiga argumen "Kekuatan Karolin", dalam kenyataan lapangan akan mengalami dinamikanya sendiri. Metode menyapa masyarakat dalam urusan politik tidak segampang yang diteorikan dalam ilmu komunikasi dan marketing politik. Ia membutuhkan effort yang lebih dari sekedar teoritis.

Dukungan pada level elit terutama kekuatan partai adalah satu hal sebagai langkah formal dan untuk memenuhi demokrasi prosedural yang diatur oleh lembaga penyelenggara pemilu, KPU. Tetapi berinteraksi dengan warga pemilih sebagai pemegang suara jauh lebih utama dan menantang. Maka, konsolidasi hendaklah menitikberatkan pada keterlibatan warga pemilih untuk dapat saling memahami antara calon kepala dareah dan warga pemilih. Interaksi ini membutuhkan tenaga prima karena alasan kondisi dan jarak geografi yang tidak mudah. Singkatnya, membumitanahkan tiga argumen "Kekuatan Karolin" membutuhkan setidaknya tiga ukuran, komitmen, kompetensi, dan konsistensi. Komitmen dibutuhkan antara calon kepala daerah dan warga pemilih. Komitmen harus diarahkan pada program pembangunan yang menjadi prioritas berbasis kebutuhan masyarakat Landak dalam lima tahun ke depan. Kompetensi terutama untuk para pegiat politik yang membantu pasangan calon. Dan konsistensi terutama bagi calon kepala daerah dalam menerjemahkan janji-janji politik dalam program pembangunan.

Jika kolaborasi antara calon kepala daerah dan warga pemilih terbangun secara komunikatif, setara, dan sebangun, maka Pilkada hanya sebagai cara dan wahana untuk "akad nikah" antara calon pemimpin dan rakyatnya. Akad nikah dan resepsi pernikahan adalah kegitan pesta yang sakral. Ia bisa diwujudkan karena telah melalui proses perkenalan yang lama dengan seluruh suka dukanya. Selama lima tahun (2017-2922) dan dua tahun terakhir, KMN telah lama berkenalan, berinteraksi dalam suka dan duka dengan warga Landak. Jika besok pada 27 November 2024 terjadi "pernikahan baru", ia hanyalah pengulangan dari hubungan baik yang selama ini terbina sambil memperbaiki kekuarangan yang ada. Apakah warga Landak akan bisa meneruskan hubungan baik dengan Bupati Incumbnet besok? Harusnya bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun