Mohon tunggu...
abdul mukti
abdul mukti Mohon Tunggu... Dosen - dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

saya adalah peneliti dan penulis dibidang filsafat, pemikiran islam, politik dan sosial keagamaan. Aktif sebagai pembicara dan pengajar di berbagai kampus

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menimbang Perkawinan Kembali Midji-Norsan

19 Mei 2024   20:35 Diperbarui: 19 Mei 2024   21:32 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warkop Aming di jalan Peteran Pontianak menjadi saksi hidup pertemuan perdana Sutarmidji-Ria Norsan setelah keduanya lama tidak bertemu pasca lengser dari jabatan Gubernur-wakil gubernur periode 2018-2023 pada 5 September 2023.

Musim Pilkada tahun ini, keduanya selalu mendapat pemberitaan dari media tentang pencalonannya kembali menjadi gubernur. Bahkan Sutarmidji dalam akun Instagram pribadinya secara terus terang mengajak kembali Ria Norsan untuk maju kembali sebagai pasangan gubernur-wakil gubernur. Sementara RN masih menjawab secara diplomatis dan normatif. 

Pertemuan di Warkop Aming (Minggu, 19/05) seakan menegaskan bahwa keduanya berniat dan berminat untuk maju kembali sebagai pasangan cagub-cawagub. Niat itu ditegaskan secara simbolik dengan mengenakan baju kaos yang sama dengan tulisan: "Bersama, Lanjutkan". Baju kaos itu hendak mengirim pesan kepada masyarakat pemilih bahwa duet Midji-Norsan akan melaju menuju Pilgub Kalbar 2024.

Memaknai Pertemuan Simbolik

Dalam politik, citra dan persepsi seringkali menguasai opini publik. Pertemuan simbolik itu setidaknya akan membentuk persepsi bahwa duet Midji-Norsan di periode pertama dipersepsi "baik-baik saja" dengan menunjukkan keakraban di ruang terbuka. Memilih ruang terbuka dengan mengundang banyak awak media jelas mengandung tujuan untuk dapat dapat dibaca dan dianalisa secara terbuka. 

Dalam teori dramaturgi Eving Goffman, itulah yang disebut dengan "panggung depan". Bagaimana dengan "panggung belakang"nya? Seringkali belum tentu sama. Meskipun bisa juga  sama. 

Gambaran panggung belakang biasanya jauh lebih rumit karena berkaitan dengan realitas yang sesungguhnya dengan variabel yang cukup kompleks. Kompleksitas itu biasanya berkaitan dengan komunikasi antar partai pengusung, tingkat elektabilitas pasangan calon, sharing biaya politik, komitmen sebelum dan setelah pilkada dan berbagai kerumitan lainnya. Ibarat dapur, panggung belakang biasanya lebih berisik, "kotor", dan berkeringat.

Midji-Norsan: Masih Kuatkah?

Sejauh ini belum ada rilis dari lembaga survei yang kredibel yang menyandingkan kompetisi elektabilitas pasangan cagub-cawagub. Sehingga duet Midji-Norsan yang dipamerkan di warung kopi masih sebatas "testing the water". Artinya, berita ini ini dapat dimaknai sebagai cara untuk "memancing" figur lain untuk berpikir. 

Katakanlah, figur seperti Lasarus dan Muda Mahendrawan yang selama ini beredar di publik mau tidak mau akan semakin intens membangun komunikasi antar calon dan calon-calon partai pengusung. Sasaran pancingan lain tentu saja untuk partai-partai sebagai yang hendak.menetapkan pasangan calon yang diusung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun