Budaya Perpeloncoan
Beberapa kegiatan Pramuka masih diwarnai tradisi perpeloncoan yang berkedok "melatih mental," padahal tindakan tersebut sudah tidak relevan dan bertentangan dengan prinsip dasar Pramuka.
Ketika Suara Korban Dibungkam
Salah satu masalah terbesar dalam kasus ini adalah bisu dan bungkamnya suara korban. Mereka takut stigma negatif, intimidasi, atau malah disalahkan oleh pihak-pihak yang seharusnya melindungi mereka. Akibatnya, peristiwa ini sering kali tidak terungkap, dan pelaku merasa bebas melakukan hal serupa di lain waktu.
Korban perlu dukungan, bukan penghakiman. Mereka berhak untuk mendapatkan keadilan, pemulihan psikologis, dan perlindungan dari segala bentuk kekerasan atau pelecehan. Jika dibiarkan, penyimpangan ini akan menjadi noda yang semakin dalam pada gerakan Pramuka itu sendiri.
Mengembalikan Kesucian Pramuka
Gerakan Pramuka harus segera berbenah. Kasus-kasus seperti ini harus dijadikan momentum untuk memperbaiki sistem pengawasan, transparansi, dan perlindungan peserta didik. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
Meningkatkan Pengawasan Ketat
Kegiatan Pramuka harus diawasi dengan seksama oleh pihak sekolah, orang tua, dan organisasi terkait. Tidak boleh ada ruang gelap yang memungkinkan penyimpangan terjadi.Sosialisasi Hak Peserta Didik
Peserta didik harus memahami hak mereka untuk berkata "tidak" terhadap tindakan yang tidak pantas, dan mereka harus diberikan akses yang mudah untuk melapor.Sanksi Tegas untuk Pelaku
Oknum yang terbukti melakukan tindakan tidak bermoral harus ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku, tanpa pandang bulu.Pelatihan Etika dan Moral bagi Pembina
Pembina dan kakak senior harus diberikan pelatihan intensif terkait etika, moral, dan tanggung jawab sebagai pendidik serta panutan.Lingkungan Aman dan Nyaman
Pramuka harus menjadi ruang aman di mana peserta didik dapat belajar, bermain, dan tumbuh tanpa rasa takut.