6. Kurangnya Dukungan Emosional dan Moral
Guru sering menghadapi tekanan dalam pekerjaan mereka, baik dari tuntutan kurikulum, siswa, maupun orang tua. Pimpinan yang tidak memberikan dukungan emosional atau bahkan acuh terhadap kesulitan yang dihadapi guru menunjukkan kurangnya kepedulian. Padahal, dukungan moral dari pimpinan dapat menjadi penyemangat bagi guru untuk terus berkontribusi dengan optimal.
7. Mengutamakan Formalitas daripada Esensi Pendidikan
Beberapa pimpinan lebih sibuk mengejar citra lembaga, seperti berfokus pada kegiatan seremonial yang mewah atau pencitraan yang berlebihan, tanpa memperhatikan kebutuhan esensial guru dan siswa. Fokus semacam ini mengorbankan tujuan utama pendidikan, yaitu menciptakan proses belajar yang berkualitas.
8. Mengabaikan Pentingnya Lingkungan Kerja yang Nyaman
Lingkungan kerja yang nyaman adalah salah satu faktor penting dalam mendukung produktivitas guru. Namun, beberapa pimpinan tidak memperhatikan kondisi ini, seperti kurangnya fasilitas pendukung untuk mengajar, ruang kerja yang tidak memadai, atau suasana kerja yang penuh tekanan. Hal ini dapat mengurangi motivasi guru dalam menjalankan tugasnya.
9. Tidak Menjadi Teladan yang Baik
Pimpinan seharusnya menjadi teladan bagi guru dan seluruh staf. Namun, ada pimpinan yang tidak menunjukkan sikap profesional, seperti sering datang terlambat, tidak adil, atau bahkan melakukan tindakan yang tidak etis. Keteladanan adalah salah satu kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif dan inspiratif.
10. Mengabaikan Pentingnya Hubungan Harmonis dengan Guru
Hubungan antara pimpinan dan guru yang harmonis adalah kunci keberhasilan lembaga pendidikan. Namun, beberapa pimpinan kurang peduli untuk membangun hubungan yang baik dengan guru, seperti jarang berkomunikasi, tidak mau mendengarkan masukan, atau bahkan bersikap otoriter. Sikap ini menciptakan jarak yang merugikan kolaborasi dan kerja sama di lingkungan sekolah.
Kesimpulan