Dampak Elektoral Penetapan Hari Guru
Langkah ini memperkuat citra Soeharto sebagai pemimpin yang peduli pada pendidikan dan kesejahteraan guru. Di sisi lain, ini juga menjadi bagian dari strategi untuk mengamankan suara guru dan masyarakat dalam Pemilu.
Guru yang merasa dihormati melalui peringatan nasional ini lebih mungkin untuk mendukung pemerintah, baik secara langsung melalui suara, maupun melalui pengaruh mereka terhadap masyarakat sekitar.
Kritik dan Tantangan
Meskipun secara elektoral langkah ini berhasil memperkuat dukungan politik kepada pemerintah, kritik muncul karena Hari Guru Nasional dianggap lebih berorientasi pada simbolisme daripada perubahan nyata dalam kesejahteraan guru. Pada masa Orde Baru, guru sering kali menjadi alat mobilisasi politik tanpa diberikan ruang untuk bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Kesimpulan
Penetapan Hari Guru Nasional pada 25 November, bertepatan dengan Hari Lahir PGRI, adalah langkah strategis yang tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga politis dalam konteks elektoral. Guru dijadikan elemen penting dalam pengamanan dukungan publik kepada pemerintah, khususnya Golkar.
Di balik penghormatan terhadap profesi guru, terselip kepentingan politik untuk memperkuat legitimasi kekuasaan. Namun, langkah ini juga menjadi pengingat akan pentingnya peran guru sebagai kekuatan sosial yang mampu memengaruhi arah bangsa, baik dalam konteks pendidikan maupun politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H