Mohon tunggu...
Abdul Marindul
Abdul Marindul Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis yang belajar untuk menulis dan menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sulitnya Dapat Pelayanan RS Kanker di Indonesia

1 Juni 2019   20:56 Diperbarui: 1 Juni 2019   21:00 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sulit sekali mencari dan mendapatkan pendampingan di RS Kanker di Indonesia. Pasien-pasien penyintas kanker semakin lama semakin banyak. Dalam era modern seperti saat ini, Indonesia butuh rumah sakit kanker.

Sayangnya, RS Kanker di Indonesia sangat terbatas. Keluarga yang hidupnya pas-pasan pun juga hanya bisa berpasrah menerima nasib. Semoga saja setelah dua atau tiga bulan menunggu antrian, saudara yang terkasih masih bisa bertahan dan kanker tidak naik stadiumnya.

Ini adalah jeritan suara hati para keluarga pasien penyintas kanker. Kalau banyak uang, tentulah sudah berobat ke luar negeri. Biasanya, para pasien kanker harus menunggu dua atau tiga bulan agar mendapatkan giliran pengobatan di RS yang ada di Indonesia.

Rekomendasi pun muncul di RS Dharmais, yang sudah penuh. RS Dharmais menjadi satu RS yang sudah modern. Kalau bicara kanker stadium tertentu, itu adalah angka, yang tentu bisa ada di angka berapa saja. Akan tetapi, ini bukan bicara sembuh atau tidaknya. Tapi ini berbicara mengenai keberadaan keluarga yang bisa mendampinginya.

Kalau ke luar negeri, siapa lah yang bisa menjenguknya? Ditemani satu dua orang kerabat terdekatnya pun sudah bersyukur. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana seorang penyintas kanker yang harus dirawat 24 x 7 di RS luar negeri. Pasangannya sulit menemaninya. Apalagi harus mengorbankan pekerjaan mereka.

Tapi berbeda jika di Jakarta, setidaknya dengan bahasa yang sama, paspor yang sama, mereka bisa sembari menemani pasangan tercinta, handai taulan yang dihargai, orang tua yang disayang, mereka bisa sambil mencari pekerjaan di ibu kota.

Berbicara tentang perbedaan ini, tentu membuat hati kita semua merasa masygul. Kita melihat bagaimana dua orang sudah pergi berpulang ke sang pencipta. Dua orang ini, adalah Ani Yudhoyono, yang sebelumnya adalah Arifin Ilham. Kedua orang ini adalah penyintas kanker.

Arifin Ilham dirawat di RS di Malaysia, kalau tidak salah Penang. Kalau Ibu Ani Yudhoyono di Singapura, kalau tidak salah di National University Hospital. Ini adalah sebuah hal yang kita paham betul. Mereka adalah orang yang mampu.

Banyak sekali pengalaman orang-orang yang saudaranya mengidap kanker, dan harus mengembuskan nafasnya yang terakhir, dan melihat perjuangan saudara-saudaranya atau pasangannya, dalam menghadapi kanker yang tidak bisa dilawan.

Yang paling penting ini bukan urusan kesembuhannya. Karena sampai saat ini kita harus sepakat bahwa belum ada penyakit kanker yang memiliki obat manjur.

Tapi yang terpenting adalah bagaimana ada saudara-saudara dan orang-orang terdekat berkumpul bersama-sama, menemani pasien. Ini adalah mimpi Ahok, yang layu sebelum terkembang.

Semoga saja ada pemimpin-pemimpin yang bisa memikirkan psikologis dan jiwa dari para keluarga pasien kanker. Mereka bisa mendapatkan pelayanan terbaik di Indonesia. Semoga saja Indonesia bisa maju dengan hal ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun