Mohon tunggu...
Abdul Marindul
Abdul Marindul Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis yang belajar untuk menulis dan menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Adian Napitupulu, Kesatria Pemaaf

31 Mei 2019   10:41 Diperbarui: 31 Mei 2019   11:19 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adian Napitupulu, sosok ksatria yang begitu garang di media sosial dan media televisi, ternyata memiliki hati yang begitu lembut. Orang ini bisa begitu keras mengkritik dan memberikan tanggapannya terhadap keterlibatan Prabowo dalam kasus Mei 1998, memiliki dada yang begitu lapang.

Adian, penampilannya garang pada akhirnya menunjukkan sisi kemanusiaannya.

Kamis petang, 30 Mei 2019, Adian mendatangi Bareskrim Mabes Polri. Dia datang karena ingin mengikuti informasi tentang penangkapan 2 orang tersangka penyebar hoax dan fitnah terhadap dirinya.

Menurut pengalaman saya melihat Adian, orang ini seharusnya bisa memberikan tumpahan dan tuangan emosinya kepada dua emak-emak yang bernama Hajah Jariyah dan Suryani Cahyatullah. Kedua emak-emak ini sudah berada di usia dewasa. Satu orang hampir 60 tahun, yang lain nyaris 50 tahun.

Adian terlihat tidak sampai hati meneruskan proses hukum kedua emak-emak yang sudah memfitnah Adian Napitupulu.

"Setelah bertemu langsung, Saya melihat kedua tersangka ini memang pelaku (penyebar berita bohong), tapi sekaligus juga korban. Karena mereka meneruskan berita hoax dari sumber lain yang saat ini masih dikejar oleh kepolisian," tutur Adian di Bareskrim,Mabes Polri.

Adian masih memiliki rasional yang baik, dan tidak terpancing emosi. Tidak meminta ibu-ibu ini untuk diciduk dan dihukum seberat-beratnya. Adian memiliki hati yang sangat baik dan dada yang begitu lapang.

Orang ini sudah selesai dengan dirinya sendiri. Sebagai wakil rakyat yang terpilih di Jawa Barat, Adian ini memberikan contoh bagaimana seharusnya pemenang itu bertindak. Dia adalah ksatria yang memiliki hati yang lembut dan luas.

Hatinya yang seluas samudera ini, membuat dirinya tidak sampai hati untuk mempertontonkan kegarangan kepada dua emak-emak ini. Ia mengutip kalimat almarhum ayahnya, di tengah-tengah pertemuannya dengan dua tersangka penyebar hoax kebencian kepada Adian Napitupulu itu.

Apa yang ia kutip dari pemikiran ayahnya?

"Dalam hidup kau bisa kehilangan uang, rumah, kendaraan, kesempatan dan lain lain, tapi jangan pernah kehilangan nalar dan nuranimu," ucap Adian.

Ini adalah sebuah pemikiran yang sangat luar biasa penting untuk disebarkan ke semua orang. Adian Napitupulu, seorang pejuang reformasi, memiliki keluasan dalam berpikir dan pemaaf. Maka tidak berlebihan jika ia dikatakan sebagai kesatria yang pemaaf.

Pun dalam pertemuan antara Adian dengan Jariyah dan Suryani, kedua emak-emak ini pun terisak melihat kebesaran hati dan sikap ksatria dari Adian Napitupulu.

Mereka sambil terisak mengatakan dirinya menyesal dan meminta polisi untuk menangkap pembuat hoaxnya. Mereka juga mengaku kapok dan meminta masyarakat lainnya agar tidak seperti kedua orang ini. Mereka malah mengajari masyarakat untuk tidak menelan mentah-mentah informasi hoax yang didapatkan.

Apa akhirnya? Mereka dibebaskan. Mereka dikenakan hanya wajib lapor untuk periode tertentu. Tapi pemberian maaf Adian kepada emak-emak ini, tidak menjadikan kasus ini hilang. Adian tetap ingin mengetahui siapa yang membuat hoax ini. Orang ini sudah begitu banyak menerima hoax.

Bahkan orang ini, kader PDI-P terbaik saat ini, meminta polisi untuk meneruskan agar mendapatkan pembuat hoax ini. Adian Napitupulu sempat disebut-sebut sebagai orang yang diincar untuk dibunuh alias diasasinasi.

Ancaman pembunuhan terhadap Adian ini terdengar begitu keras. Meski dalam pengakuan Tito Karnavian, Adian tidak masuk namanya, tapi Adian di tanggal 21 Mei datangi Bareskrim untuk melapor bahwa ada orang yang sedang mengincarnya. Hati orang ini benar-benar seluas samudera.

Dia adalah salah satu contoh manusia yang pemaaf. Tapi begini. Saya tidak menuntut orang-orang yang kena fitnah, untuk melepaskan dan memaafkan begitu saja. Karena memang pada hakikatnya, mereka harus diproses hukum. Ini adalah sebuah pembelajaran.

Jadi, jangan karena Adian memaafkan emak-emak itu, kalian juga ikutan memaafkan. Adian hanya ingin memberikan pelajaran kepada emak-emak ini.

Pembuat hoax memang harus ditangkap dan diciduk. Mereka tidak layak untuk menyebarkan hoax. Apalagi pembunuhan karakter. Semoga ini bisa menjadi pembelajaran bagai para pendukung Prabowo, untuk tidak sembarangan bermain-main dengan hoax.

Karena hoax ini serius pidananya. Hoax itu bisa merusak hidup seseorang, mengancam keselamatan orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun